Page 80 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 80

penziarah  yang  baru  pulang  dari  Babylonia  dan  membawa  kabar  yang
              akan  memuaskan  fantasi  hewani  mereka.  Para  monyet  sirkus  ini
              bertumpuk-tumpuk menyesaki los kontrakan..
                  “Mengapa ia menggendong anjing dengan pakaian seperti itu, Kal?
              “tanya Chong Cin Kiong polos..
                  “Tidakkah  ia  malu?  “belum  sempat  aku  menjawab,  Mahader
              memberondong..
                  “Kalian tahu apa yang terjadi di bawah jemuran cucian? Ah, direbus
              Pak Mustar dalam panic yang mendidih pun aku tak keberatan…”,  Arai
              memanasi mereka..
                  Mahader  tukang  getas  memekik,  “Demi  tukang  jagung  sialan  itu,
              ceritakan, Kawan!! Cepat!! ”.
                  Monyet-monyet sirkus menahan napasnya waktu Arai, dengan gaya
              khasnya yang suka membesar-besarkan, menceritakan ketidaksenonohan
              di bawah jemuran..
                  “Masya  Allah,  astagfirullah...“,  Mahader  komat-kamit.  Ia  tersandar
              layu..
                  Ketika mereka pulang. Kami hanyut dalam malam yang mengerikan
              akan  bayang-bayang  hukuman.  Paling tidak,  Pak Mustar memiliki waktu
              dua hari untuk memikirkan pembalasan dendamnya yang memuncak lalu
              ia akan menumpahkannya pada kami hari Senin, saat seluruh warga SMA
              Negeri  Bukan  Main  apel  bagi.  Dan  menjelang  hari  timbangan  keadilan
              itu,  hari  pembalasan  itu,  kami  masih  memiliki  dua  malam  untuk
              menyesali perbuatan tolol kami. Dua malam yang sangat panjang..

                                       *********

              Senin pagi, aku, Arai, dan Jimbron dibariskan terpisah. Dan senin pagi ini
              tak ada  siswa yang  terlambat apel  karena semuanya ingin menyaksikan
              tiga  pesakitan  di  eksekusi.  Pak  Mustar  naik  podium.  Dari  microphone
              yang terus-menerus feed back, suaranya bertalu- talu..
                  “Setelah  kuteliti  baik-baik,  SMA ini  rupanya memiliki  sebuah geng
              tengik  beranggotakan  tiga  orang  cecunguk,  yang  tak  pernah  berhenti
              membuat  kerusakan-kerusakan!!  ketiga  orang  itu  adalah  kampiun
              masalah, para juara pembuat onar!! ”.
                  Kami  hanya  menunduk  pasrah  menunggu  putusan  hukuman.  Aku
              takjub  pada  fluktuasi  popularitasku  di  sekolah  ini.  Aku  pernah  menjadi
              anak  Melayu  kampung  yang  tak  dipedulikan  siapapun,  lalu  menjadi
              antelop Tibet yang dielu-elukan gadis-gadis semenanjung, dan kini semua
              orang seakan  berkonspirasi memunggungiku. Di lapangan ini nasibku di
              ujung tanduk..

                                          78
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85