Page 78 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 78

menghindari  jepretan  wartawan.  Pak  Mustar  merampas  sarung
              kami.
                  “Lihatlah  mukanya  baik-baik,  Saudara-saudara!  Beginilah
              anak-anak Melayu zaman sekarang! “
                  “Martabat kami diobral Pak Mustar habis-habisan.
                  Para  pengunjung  bioskop  mengangguk-angguk.  Kami
              berusaha merunduk.
                  “Keluarrrrr!! “
                  “Pak  Mustar  dan  penjaga  sekolah  menggelandang  kami
              seperti ternak. Kami ketakutan tak berdaya. Di layar muncul slide
              dengan tulisan spido:

                      “Hadirin-hadirat, maaf, pilem perai sebentar,
                              anak sekolah tertangkap “

              ttd A Kiun

              Dan  kali  ini,  para  penonton,  laki-laki  dan  perempuan,  larut
              dalam  sepakat.  Tak  ada  pertentangan  pendapat.  Semuanya
              berdiri  bertepuk  tangan.  Barangkali  maksudnya:  memang  tak
              pantas, anak-anak muda Indonesia menonton film negeri sendiri
              jika filmnya seperti drama carik merah ini.
                  Sebelum  meninggalkan  kami,  di  pintu  bioskop  Pak  Mustar
              masih  sempat  melontarkan  ancaman  dengan  dingin.  Ancaman
              yang membuat kami tidak bisa tidur dua malam berikutnya,  “
                  “Ingin tahu  seperti apa neraka dunia?  Lihat saja di  sekolah
              hari Senin pagi, Berandal!! “

















                                          76
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83