Page 82 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 82

benar  memalukan.  Aku  demam  panggung.  Tapi  bagaimanapun  kami
              merasa ini lebih baik daripada dikeluarkan dari sekolah. Arti  pendidikan
              kami, arti sekolah ini bagi ayahku, dan senyum kebanggaan beliau yang
              bersemayam  di  sudut-sudut  kepalaku,  membuatku  kuat  menuju  lokasi
              shootinh.  Dan  ketika  kami  melangkah  siap  berakting  tepuk  tangan
              bergemuruh.  Pak  Mustar  menjelaskan  kepada  para  penonton,  seperti
              terjadi di bioskop pesing itu, bahwa penonton laki-laki harus mendukung
              sang majikan—jimbron—dan penonton perempuan harus membela sang
              pembatu  seksi—aku,  beliau  juga  menjelaskan  jalan  cerita  film  itu,  yang
              amat  beliau  benci,  termasuk  tentang  anjing  pudel  yang  melolong  saat
              sang majikan  berhasil menggagahi  pembantunya. Para  penonton  sangat
              antusias,  Mereka  berdesak-desakan  maju  ke  depan,  rapat  mengelilingi
              lokasi shooting..
                  Pak Mustar menempatkan Arai di bangku. Ia disuruh berdiri di atas
              lututnya  dengan  tangan  menekuk  seperti  anjing  pudel.  Pak  Mustar
              mengetes salaknya beberapa kali..
                  “Aff... aff... , “salak Arai malu-malu kucing..
                  “Kurang keras, kurang mantap, “keluh Pak Mustar tak sabar..
                  “Affff... ! Affff... ! Afffff!! ! ”.
                  “Nah, begitu, bagus sekali.
                  “Penonton tertawa keras-keras tak biasa menguasai dirinya. Belum
              apa-apa  mereka  sudah  sakit  perut.  Di  balik  pohon  bungur  aku  siap
              dengan  sekeranjang  cucian. Di sana, Jimbron  bersembunyi mengintaiku
              di balik jemuran daster istri penjaga sekolah, siap menyerbu, Arai berdiri
              seperti bajing di atas bangku, siap menyalak..
                  “Action!! ”.
                  Baru  saja  kumulai  melenggak-lenggok,  para  penonton  tak  mampu
              menahan tawanya. Dan tawa mereka semakin keras meledak-ledak waktu
              Jimbron mengejarku dan aku berlari meliuk-liuk di antara jemuran..
                  Arai menyalak-nyalak, “Affhhh!! Affh!! Afffhh!! Affhh!! ”.
                  Wajah  Arai  yang  jenaka,  model  rambutnya,  dan  suaranya  yang
              kering sangat mirip dengan anjing pudel. Peran sebagai anjing amat pas
              untuknya..
                  Aku  terengah-engah  dan  berakting  antara  gugup,  takut  pada  Pak
              Mustar, dan malu tak terkira..
                  “Cut!!  Cut!!  Apa-apaan  ini?  !!  teriak  Pak  Mustar  kecewa  dengan
              aktingku..
                  Dan  adegan  diulang.  Seorang  siswa  kelas  satu  yang  tertangkap
              merokok  beliau  tugasi  memegang  papan  pencatatat  adegan  yang  bisa
              ditangkup-tangkupkan itu..
                  “Ikal, ah! Kau harus melenggang dengan seksi, bukan seperti orang

                                          80
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87