Page 77 - Sang Pemimpi by Andrea Hirata (z-lib.org)
P. 77

Dan detik itu juga layar padam dan brrtth... brrrth ... brrth ...
              depp! Depp! Depp! Deppp! Seluruh batang lampu neon di dalam
              bioskop  menyala.  Penonton  serentak  bersorak  kecewa  tapi
              langsung diam. Ketiga sosok yang dekat sekali di depan kami itu
              memakai jaket kulit hitam murahan yang biasa dikenakan polisi
              intel.  Semuanya berlangsung  sangat  cepat.  Salah  satu  sosok  itu
              menoleh  kepada  kami,  tepat  di  depan  wajahku.  Matanya
              menghunjam tajam ke mataku. Darahku surut, tubuhku gemetar,
              dan hatiku menjadi dingin. Aku tak percaya apa yang kulihat di
              depan hidungku. la Pak Mustar.
                  Aku tergagap karena terkejut yang amat sangat.
                  Pandanganku berkunang-kunang. Kepalaku pening. Perutku
              mual  karena  ketakutan.  Arai  pias,  pucat  pasi  seperti  mayat.
              Kening,  mata,  hidung,  pipi,  dan  dagunya  seakan  meleleh,
              giginya  gemelutuk.  Dan  Jimbron  menggigil  hebat.  Matanya
              terkunci  menatap  Pak  Mustar  seperti  orang  kena  tenung.  la
              tergagap-gagap tak terkendali,  “
                  “Pppp... pppp... pppphhhh... pppphhhaaa.... “
                  “Lalu masih sempat ia menutupi kepalanya dengan sarung.
              Ia  seperti  anak ayam yang  ingin  bersembunyi di  depan hidung
              elang.  Pak  Mustar  menyentak  sarungnya  sambil  berteriak.
              Suaranya bergema seantero bioskop,  “
                  “Berrrandaalll!!! “
                  “Kami  menciut.  Seisi  gedung  bioskop  terhenyak  membisu.
              Jangankan  kami,  bahkan  seluruh  penonton  tak  berkutik  dibuat
              Pak Mustar. la memang tokoh yang disegani siapa saja.
                  “Ini  rupanya  kerja  kalian??!!  Tak  malu  kalian  sebut  diri
              sendiri pelajar??!! Pelajar macam apa kalian!! “
                  “Kami  seperti  pesakitan  di  ruang  sidang,  seperti  maling
              tertangkap basah membongkar kandang ayam.
                  Semua mata terhunjam pada kami. Kami menunduk karena
              takut dan rasa malu yang tak tertanggungkan.
                  Teriakan Pak Mustar semakin kencang,  “
                  “Merendahkan     diri   sendiri!!   Itulah   kerja   kalian!!
              Merendahkan diri sendiri!! “
                  “Kami  berusaha  menutupi  wajah  seperti  para  koruptor

                                          75
              -Sang Pemimpi-                                                                                                                     ADEF
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82