Page 107 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 107

ILMU PERUNDANG-UNDANGAN,
                                                       TEORI, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
                                             PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA


                           K.  PENYUSUNAN MATERI UNDANG-UNDANG

                           1.   Prinsip Umum

                                Meskipun disadari bahwa setiap UU  yang dibentuk merupakan
                           produk kompromi politik antar berbagai kepentingan  yang sulit
                           diharapkan bersifat sempurna, tetapi pada dasarnya, setiap UU yang
                           berhasil disusun selalu diharapkan membawa perbaikan dalam sistem
                           hukum  yang akan diberlakukan mengikat untuk umum. Oleh karena
                           itu, sangat penting bagi para perancang UU untuk memahami benar
                           prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam proses penyusunan materi
                           UU, dan prinsip-prinsip umum yang hendak dituangkan menjadi norma
                           hukum dalam UU yang akan dibentuk. Untuk itu, para perancang harus
                           mengerti benar garis besar kebijakan yang akan dituangkan dalam UU
                           itu melalui proses  “outline building”  yang bersifat komprehensif dan
                           menyeluruh (comprehensible).
                                Perlu  disadari pula  bahwa  tujuan pokok  yang  hendak dicapai
                           dengan  pengaturan materi  UU itu adalah  membuat  produk UU itu
                           menjadi sejelas dan seberguna mungkin  (as  clear and useful as
                           possible).  Para perancang UU harus memilih dengan hati-hati hal-hal
                                   114
                           yang  yang akan dituangkan dan mengaturnya sedemikian rupa agar
                           dapat ditemukan, dimengerti, dan dirujuk dengan mudah dan paling
                           ringan. Siapa  yang harus menentukan mudah tidaknya ketentuan
                           dalam UU dipahami dan dijadikan rujukan tergantung kepada siapa
                           yang paling banyak dan/atau yang paling sering akan membaca atau
                           menggunakan UU itu kelak setelah diundangkan.
                                Oleh  karena  itu,  para perancang  UU  haruslah menyusun  UU
                           menurut kepentingan pihak  yang akan melaksanakan UU itu kelak
                           (the persons or subjects who will administer the law). Perancang harus
                           menyusun ketentuan-ketentuan pertama yang berhubungan dengan: 115

                           a.   Perbuatan (conduct);
                           b.   Hak-hak (rights);

                          114  Reed Dickerson, Legislative Drafting, (Boston-Toronto: Little Bron and Company, 1954), hlm. 53.
                          115  Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Depok: Rajawali Press: Cetakan Ketiga, 2017), hlm. 163.


                                                                                  89
                                                                         dpr.go.id
   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112