Page 190 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 190

PROSES PERSIAPAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG DARI PEMERINTAH,
                            DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH, SERTA
                            PEMBENTUKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
                                                                  DAN PERMASALAHANNYA

                           yuridis,  serta pokok  dan  lingkup  materi  yang  diatur.  Berdasarkan
                           ketentuan Pasal 8 ayat (2) Perpres No. 87 Tahun 2014, penyusunan NA
                           RUU dilakukan oleh Pemrakarsa berkoordinasi dengan Menteri.
                                Penyusunan RUU dari Pemerintah, menurut Perpres No. 87 Tahun
                           2014, dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu Pertama, Penyusunan RUU
                           yang  dilakukan  pemrakarsa  berdasarkan  Program  Legislasi  Nasional
                           (Prolegnas).  Kedua, penyusunan RUU  yang dilakukan pemrakarsa
                           berdasarkan kumulatif terbuka. Ketiga, Penyusunan RUU yang dilakukan
                           pemrakarsa di luar Prolegnas.

                           a.   Penyusunan Rancangan Undang-Undang Berdasarkan Program
                                Legislasi Nasional
                                Mengawali proses penyusunan RUU dibahas dalam ketentuan
                           Pasal 45 Perpres No. 87 Tahun 2014. Pertama, pemrakarsa membentuk
                           panitia antar kementerian dan/atau antar non-kementerian. Panitia
                           antar kementerian dan/atau antar non-kementerian dibentuk sebelum
                           RUU ditetapkan dalam daftar Prolegnas prioritas tahunan.  Adapun
                           keanggotaan panitia antar kementerian dan/atau antar non-kementerian
                           terdiri atas unsur kementerian  yang menyelenggarakan urusan
                           pemerintahan di bidang hukum; kementerian/lembaga pemerintah non
                           kementerian dan/atau lembaga lain yang terkait dengan substansi yang
                           diatur dalam RUU; dan perancang peraturan perundang-undangan
                           yang berasal dari instansi pemrakarsa.
                                Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (4) Perpres No. 87  Tahun
                           2014, selain keanggotaan panitia antar kementerian dan/atau antar non-
                           kementerian, Pemrakarsa dapat mengikutsertakan ahli hukum, praktisi,
                           atau akademisi yang menguasai permasalahan yang berkaitan dengan
                           materi RUU. Kemudian pada ayat (5) disebutkan bahwa, panitia antar
                           kementerian dan/atau antar non-kementerian tersebut dipimpin oleh
                           seorang ketua yang ditunjuk oleh pemrakarsa.
                                Pemrakarsa mengajukan surat permintaan keanggotaan panitia
                           antar kementerian dan/atau antar non-kementerian kepada Menteri/
                           pimpinan  lembaga  pemerintah  non-kementerian,  pimpinan  lembaga
                           yang terkait dengan substansi RUU, ahli hukum, akademisi, praktisi dan/



                                                                                  173
                                                                         dpr.go.id
   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195