Page 191 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 191

PROSES & TEKNIK
                  PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG


                           atau perancang peraturan perundang-undangan. Surat permintaan
                           tersebut disertai dengan konsepsi, pokok materi, atau hal lain yang dapat
                           memberikan gambaran mengenai materi yang akan diatur dalam RUU.
                                Menteri/pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian dan/
                           atau pimpinan lembaga menugaskan pejabat  yang berwenang dan
                           secara teknis menguasai substansi yang berkaitan dengan materi RUU.
                           Penyampaian nama pejabat, ahli hukum, akademisi, praktisi, dan/atau
                           perancang peraturan perundang-undangan dilakukan dalam jangka
                           waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal diterimanya
                           surat permintaan.

                                Dalam  ketentuan  Pasal  46  ayat  (5)  Perpres  No.  87  Tahun  2014,
                           setelah itu pemrakarsa menetapkan pembentukan panitia antar
                           kementerian dan/atau antar non-kementerian dengan keputusan
                           Menteri atau keputusan pimpinan lembaga pemerintah non kementerian
                           dalam jangka  waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
                           tanggal surat permintaan keanggotaan panitia antar kementerian dan/
                           atau antar non-kementerian disampaikan.
                                Pasal 47 ayat (1) Perpres No. 87 Tahun 2014 menyatakan bahwa,
                           kepala biro hukum atau kepala satuan kerja yang menyelenggarakan
                           fungsi di bidang peraturan perundang-undangan pada lembaga
                           pemrakarsa, secara fungsional bertindak sebagai sekretaris panitia antar
                           kementerian dan/atau antar non-kementerian. Sementara itu dalam
                           Pasal 47 ayat (2) dinyatakan bahwa, sekretaris panitia antar kementerian
                           dan/atau antar non-kementerian bertugas dan bertanggung jawab
                           melakukan penyiapan naskah RUU, NA, dan materi pendukung lainnya
                           sebagai bahan pembahasan panitia antar kementerian dan/atau antar
                           non-kementerian.
                                Kegiatan penyusunan RUU yang meliputi penyiapan, pengolahan,
                           dan perumusan dilaksanakan oleh biro hukum atau satuan kerja yang
                           menyelenggarakan fungsi di bidang peraturan perundang-undangan
                           pada instansi pemrakarsa.
                                Hasil penyusunan RUU disampaikan kepada panitia antar
                           kementerian dan/atau antar non-kementerian untuk dilakukan
                           pembahasan.  Selanjutnya  anggota  panitia  antar kementerian  dan/
                           atau antar non-kementerian memberi masukan terhadap RUU sesuai
                           dengan lingkup tugas masing-masing.



                   174   dpr.go.id
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196