Page 333 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 333

PROSES & TEKNIK
                  PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG


                           1.    Bahwa demokrasi dengan sistem perwakilan adalah satu bentuk
                                demokrasi bukan satu-satunya terkait partisipasi.
                           2.    Bahwa sistem perwakilan tidak menutup bentuk-bentuk
                                demokrasi langsung dan tidak mereduksi makna partisipasi.
                           3.    Bahwa  bukanlah  warga  masyarakat  atau  sekelompok  warga
                                masyarakat  atau  organisasi  yang  sesungguhnya  mengambil
                                keputusan, mereka hanya berperan serta dalam tahap-tahap
                                persiapan pengambilan keputusan berbasis partisipasi masyarakat.

                                Selanjutnya Kusnadi Harjasosumantri menyatakan bahwa,
                           monopoli negara dan lembaga-lembaganya untuk mengambil
                           keputusan tidaklah dipersoalkan oleh adanya partisipasi masyarakat ini.
                                Terkait  dengan pemikiran tentang partisipasi  masyarakat,  dalam
                           konvensi internasional dikenal Convention on Access Information, Public
                           Participation in Decision-Making and Access to Justice in Environmental
                           Matters” (The Aarhus Convention), Denmark, 23-25 Juni 1998, yang dalam
                           konsiderannya antara lain dinyatakan:
                                                          272
                                “Recognition the desirability of transparency in all branches,
                                government and inviting legislative bodies to implement the
                                principles of this convention in their proceedings.”

                                Walaupun  “the Aarhus  Convention” berlaku hanya di Uni
                           Eropa, namun  beberapa ketentuan  dalam Konvensi  tersebut layak
                           dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai acuan guna memahami
                           lebih lanjut mengenai fungsi partisipasi masyarakat pada persiapan
                           pembentukan peraturan perundang-undangan “generally applicable
                           legally binding rules”.
                                Dengan pandangan beberapa ahli di atas, dapat dikatakan bahwa
                           partisipasi masyarakat dalam pembentukan peraturan perundang-
                           undangan, dalam proses pengambilan keputusan mengenai substansi

                          272 Konvensi UNECE tentang Akses Informasi, Partisipasi Publik dalam Pengambilan Keputusan dan Akses
                       terhadap Keadilan dalam Masalah Lingkungan, biasanya dikenal sebagai Konvensi Aarhus. Aarhus, Denmark. Ini mulai
                       berlaku pada 30 Oktober 2001. UE telah mulai menerapkan prinsip tipe Aarhus dalam perundang-undangannya,
                       terutama Water Framework Directive (Directive 2000/60/EC). Konvensi Aarhus memberikan hak publik mengenai
                       akses informasi, partisipasi publik dan akses keadilan, dalam proses pengambilan keputusan pemerintah mengenai
                       hal-hal yang menyangkut lingkungan lokal, nasional dan lintas batas. Ini berfokus pada interaksi antara publik dan
                       otoritas publik.


                   318   dpr.go.id
   328   329   330   331   332   333   334   335   336   337   338