Page 337 - PROSES & TEKNIK PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG
P. 337

PROSES & TEKNIK
                  PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG


                                Semakin tinggi partisipasi masyarakat semakin baik, dan sebaliknya
                           semakin rendah partisipasi masyarakat dinilai kurang baik, karena dapat
                           dimaknai masyarakat tidak lagi peduli terhadap masalah kenegaraan. 278
                                Definisi lainnya tentang partisipasi politik juga disampaikan  oleh
                           Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice: Political
                           Participation in Developing Countries memberi tafsiran yang lebih luas
                           dengan secara eksplisit memasukkan tindakan ilegal dan kekerasan: 279
                                “ Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai
                                pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
                                keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau
                                kolektif, teroganisir, atau spontan, mantap atau sporadis, secara
                                damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif dan tidak
                                efektif.”

                                Definisi  lainnya  tentang  partisipasi  politik  juga  disampaikan
                           Sidney Verba dan Norman H. Nie dalam Participation in America yang
                           menyebutkan partisipasi politik merupakan dimensi individu dalam
                           rangka perebutan posisi di pemerintahan. 280

                                “ Partisipasi  politik  adalah  segala  aktivitas  yang  dilakukan  oleh
                                individu-individu  warga negara untuk mempengaruhi tindakan-
                                tindakan mereka sebagai pejabat pemerintah.”

                                Hal ini sejalan dengan pandangan Robert A. Dahl yang memasukkan
                           partisipasi efektif sebagai salah satu kriteria demokrasi. Menurutnya,
                           sebelum sebuah kebijakan diputuskan untuk diberlakukan, maka
                           seluruh anggota harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif
                           untuk membuat pandangan mereka agar diketahui anggota lainnya. 281
                                Kendati demikian, definisi soal partisipasi politik memiliki batasan-
                           batasannya.  Karena  ada  yang  berpendapat  partisipasi  politik  adalah
                           tindakan atau  aktivitas  yang bukan  keinginan, pendapat, keyakinan,

                          278 Ibid, hlm. 368-369.
                          279 Ibid, hlm. 368.
                          280 Sidney  Verba & Norman H. Nie dalam Participation in  America, (New  York: Harper and Row, 1972).
                       Sebagaimana dikutip oleh Saiful Mujani, R. William Liddle dan Kuskridho Ambaradi, Kuasa Rakyat, Analisis tentang
                       Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, (Bandung: Mizan, cetakan I,
                       Juni 2011), hlm. 80.
                          281 Robert  A. Dahl, Perihal Demokrasi: Menjelajah  Teori dan Praktek Demokrasi Secara Singkat, (Jakarta:
                       Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 52.


                   322   dpr.go.id
   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342