Page 24 - BUKU ANTOLOGI PROBLEMATIK RANAH PEMBANGUNAN SISTEM EKONOMI DAN HUKUM DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA
P. 24

AMBIGUITAS PEMBANGUNAN KESADARAN
                                 HUKUM DAN REPRESIFITAS
                          HAK KEBEBASAN BEREKSPRESI ORGANISASI
                              KEMASYARAKATAN DI INDONESIA

              tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
              undang…” sehingga frasa “undang-undang” norma konstitusi
              ini seharusnya dimaknai secara limitatif, yakni hanya “Undang-
              Undang” dan tidak meliputi “Perppu”.
                    Keikutsertaan dan persetujuan perwakilan rakyat di DPR
              pada setiap proses pencantuman ketentuan pidana dalam
              peraturan perundang-undangan sangat penting guna menjaga
              keseimbangan antara ius puniendi yang dimiliki pihak penguasa
              dan  a rights not to be punished
              arbitrarily yang dimiliki rakyat sebagai
                                                           Keikutsertaan
              salah satu bentuk jaminan hak asasi
                                                          dan persetujuan
              manusia . Oleh karena itu diharapkan       perwakilan rakyat
                     16
              terwujud suatu proses bahwa rakyat        di DPR pada setiap
              melalui perwakilannya di DPR ikut aktif   proses pencantuman
              dalam membahas dan memberikan              ketentuan pidana
                                                         dalam peraturan
              persetujuan terhadap jenis perbuatan
                                                       perundang-undangan
              yang  dapat  dipidana,  pengaturan
                                                          sangat penting
              mengenai pertanggungjawaban                  guna menjaga
              pidana, jenis dan bobot pidana              keseimbangan
              yang akan dijatuhkan, serta cara          antara ius puniendi
              pelaksanaan dari pidana  yang akan        yang dimiliki pihak
                                                      penguasa dan a rights
              diatur dalam peraturan perundang-
                                                        not to be punished
              undangan. Hal ini dikuatkan dalam
                                                          arbitrarily yang
              salah satu pertimbangan hukum
                                                      dimiliki rakyat sebagai
              (ratio decidendi) Putusan MK No. 132/      salah satu bentuk
              PUU-XIII/2015 bahwa “…Menyatakan           jaminan hak asasi
              suatu perbuatan yang semula bukan              manusia.
              perbuatan pidana menjadi perbuatan
              16  J.M. van Bemmelen. 1987. Hukum Pidana 1: Hukum Pidana Material Bagian Umum. Bina Cipta.
                 Bandung.



                                         15
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29