Page 101 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 101

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   non-partai.  PIR  kemudian  memutuskan  untuk  menarik  mundur
                                                   menterinya dari kabinet, Menteri Kehakiman Wongsonegoro dan
                                                   Menteri Pekerjaan Umum, Herman Johannes. Akibatnya, kabinet tidak
                                                   lagi mampu menjalankan programnya. Keesokan harinya, pada tanggal
                                                   21 Maret 1951, Natsir memutuskan mengembalikan mandatnya kepada
                                                   Presiden Sukarno. Hal ini menandai berakhirnya masa jabatan Natsir
                                                   setelah berlangsung kurang lebih enam bulan. Segera setelahnya,
                                                   Presiden Sukarno menunjuk Mr. Sartono, tokoh senior PNI untuk
                                                   menjadi formatur kabinet, hingga akhirnya kabinet baru terbentuk.



                                                   3.4 Kerja-Kerja DPRS Pada Masa Kabinet
                                                   Sukiman
                                                   3.4.1 Pembentukan Kabinet Sukiman

                                                         Kejatuhan kabinet Natsir pada dasarnya cepat atau lambat
                                                   akan terjadi. Sejak awal, kabinet Natsir telah mendapatkan banyak
                                                   tantangan dari parlemen akibat kegagalan pembentukan kabinet koalisi
                                                   Masyumi-PNI. Koalisi ini diharapkan akan memperkuat kabinet karena
                                                   kedua partai merupakan dua partai terbesar di parlemen. Dengan
                                                   sistem parlementer, dukungan parlemen terhadap pemerintah amat
                                                   dibutuhkan untuk menjalankan program kerja kabinet. Hal inilah
                                                   yang tidak didapatkan oleh kabinet Natsir sejak awal terbentuknya
                                                   kabinet. Kabinet bahkan membutuhkan mosi kepercayaan agar dapat
                                                   menjalankan tugasnya. Meski demikian, mosi kepercayaan yang
                    Kejatuhan kabinet              didapatkan kabinet Natsir tidak menghentikan munculnya mosi-mosi

                Natsir pada dasarnya               lain yang diajukan oleh parlemen, baik oleh partai oposisi maupun
                    cepat atau lambat              anggota non-partai. Puncaknya adalah ketika Mosi Hadikusumo

                    akan terjadi. Sejak            diajukan dalam upaya menghapuskan PP No 39 Tahun 1950 tentang
                                                   tata cara pemilihan anggota DPRD sebelum pelaksanaan Pemilu.
                  awal, kabinet Natsir                   Setelah pengembalian mandat Natsir kepada Sukarno, Sukarno

                  telah mendapatkan                menunjuk Mr. Sartono sebagai pembentuk formatur kabinet. Dengan
                    banyak tantangan               segera, Mr. Sartono berupaya mengajak Masyumi untuk membangun

                         dari parlemen             cabinet koalisi. Pada pertemuan yang diselenggarakan pada awal
                                                   April 1951 dan dihadiri oleh Sukiman, Moh. Roem, dan Prawoto
                      akibat kegagalan             Mangkusasmito, Mr. Sartono menawarkan dasar rencana program

               pembentukan kabinet                 pemerintah dari cabinet koalisi nasional yang luas. Namun, pembicaraan
                koalisi Masyumi-PNI.               diantara PNI dan Masyumi tidak mencapai kesepakatan yang berarti.
                                                   Sidik Djojosukarto, ketua PNI sekaligus ketua fraksi PNI di parlemen
                                                   mengatakan bahwa jabatan perdana menteri harus diberikan kepada





                                       dpr.go.id   98





         02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd   98                                                                   11/19/19   1:14 PM
   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106