Page 96 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 96

HUBUNGAN DPR DENGAN KABINET
                                                                                NAT SIR (1950- 1951) D AN KABINET
                                                                                             SUKIMAN (1951 - 1952)


                                                   mempertegas kesulitan-kesulitan yang dihadapi Natsir. Meski berhasil
                                                   mendapatkan dukungan parlemen dalam mosi kepercayaan dengan
                                                   suara tipis (118 berbanding 73 suara) serta kegagalan mosi Kusnan
                                                   dalam permasalahan Irian Barat (66 berbanding 63), kabinet Natsir
                                                   tidak pernah benar-benar lepas dari kritikan-kritikan tajam parlemen.
                                                         Krisis yang dialami kabinet Natsir mencapai puncaknya pada awal
                                                   tahun 1951 ketika oposisi di parlemen yang dimotori PNI mengajukan
                                                   mosi Hadikusumo. Mosi yang diajukan berkaitan dengan Peraturan
                                                   Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dewan
                                                   Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pemerintahnya. PP
                                                   ini lahir pada akhir masa pemerintahan Kabinet Halim di negara
                                                   Republik Indonesia (RI) yang masih menjadi negara bagian RIS. PP
                                                   ditandatangani oleh Asaat yang menjabat sebagai Presiden RI serta
                                                   diundangkan oleh Menteri Kehakiman RI, Abdul Gaffar Pringgodigdo
                                                   pada tanggal 14 Agustus 1950. Hadikusumo menuntut pencabutan PP
                                                   dan menginginkan pemilihan anggota DPRD yang lebih demokratis.
                                                         PP yang terdiri atas delapan bab dengan 17 pasal ini diterbitkan
                                                   pemerintah karena undang-undang yang mengatur tata cara pemilihan
                                                   anggota DPRD Propinsi serta wilayah didalamnya belum dapat
                                                   dilaksanakan. Dengan dikeluarkannya PP No. 39 Tahun 1950 ini, maka
                  Krisis yang dialami              seluruh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dibubarkan. PP ini juga
                         kabinet Natsir            sekaligus menggugurkan PP Nomor 10 Tahun 1950 dan Perppu Nomor

              mencapai puncaknya                   2 Tahun 1950 yang belum disahkan oleh Komite Nasional Indonesia
                     pada awal tahun               Pusat (KNIP).
                                                         Pasal 1 Ayat 1 PP Nomor 39 Tahun 1950 menjelaskan bahwa
                  1951 ketika oposisi              jumlah anggota DPRD didasarkan pada perhitungan jumlah penduduk.
                   di parlemen yang                Jumlah anggota DPRD tersebut dapat ditambah sebagaimana diatur

                          dimotori PNI             di dalam Pasal 1 Ayat 2. Sementara mengenai masa jabatan anggota
                   mengajukan mosi                 DPRD dijelaskan dalam Pasal 2, bahwa masa jabatan anggota DPRD
                                                   adalah sampai pelaksanaan Pemilu. Pasal 3 menjelaskan mengenai
                         Hadikusumo.               penyelenggaraan penyusunan DPRD. Dijelaskan dalam ayat 1 bahwa
                                                   penyelenggaraan penyusunan anggota DPRD baik tingkat Propinsi,
                                                   Kabupaten, maupun kota besar dan kota kecil akan diserahkan kepada
                                                   suatu panitia penyelenggara yang berjumlah sekurang-kurangnya 3
                                                   orang dan sebanyak-banyaknya 4 orang. Ketua panitia pengangkatan
                                                   adalah kepala daerah yang bersangkutan (ayat 2), sedangkan anggota
                                                   tim panitia diangkat oleh kepala daerah (ayat 3).
                                                         Sementara pasal 4 menjelaskan mengenai tata cara pemilihan
                                                   anggota DPRD di tingkat kabupaten, kota besar dan kota kecil. Ayat





                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   93
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd   93                                                                   11/19/19   1:14 PM
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101