Page 98 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 98

HUBUNGAN DPR DENGAN KABINET
                                                                                NAT SIR (1950- 1951) D AN KABINET
                                                                                             SUKIMAN (1951 - 1952)


                                                   ayat 2). setelah surat suara telah diterima semua, panitia pemilihan
                                                   mengatur dan menetapkan hasil pemilihan (pasal 11 ayat 1) serta segera
                                                   mengumumkan hasilnya (pasal 11 ayat 2). Untuk tiap-tiap propinsi
                                                   maupun daerah setingkat propinsi, disediakan 3 kursi bagi warga
                                                   keturunan yang dipilih oleh gubernur (pasal 12). Sementara pasal 13
                                                   menyebutkan bahwa karesidenan Surakarta dimasukkan ke dalam
                                                   propinsi Jawa Tengah sebagaimana diatur dalam UU No 10 tahun 1950
                                                   tentang pembentukan propinsi Jawa Tengah. Untuk ketua dan wakil
                                                   ketua DPRD dipilih oleh anggota DPRD atas dasar suara terbanyak
                                                   (pasal 14). Sedangkan pasal 15 mengatur tentang susunan Dewan
                                                   Pemerintah Daerah. Kepala daerah adalah anggota Dewan Daerah
                                                   dan menjadi ketuanya (ayat 1), dimana jumlahnya maksimal lima orang
                                                   (ayat 2), serta anggota Dewan Daerah dipilih oleh DPRD atas dasar
                                                   perimbangan kekuatan (ayat 3).
                                                         PP ini tampaknya memberikan keuntungan kepada Masyumi.
                                                   Dalam sebuah pemilihan anggota DPRD yang dilaksanakan di Jawa
                  Mosi diinisiasi oleh             Barat pada akhir November 1950, Masyumi berhasil mendapatkan

             Hadikusumo, anggota                   34 kursi dari total 57 kursi. Ini setara dengan 60% kekuatan kursi
                   parlemen dari PNI               parlemen. Kemenangan ini seperti membenarkan pendapat Sutan

                  dan didukung oleh                Syahrir yang pernah berkata pada sekitar tahun 1946 bahwa, “jika
                                                   pemilihan diselenggarakan (pada saat itu), maka Masyumi akan
                dua kekuatan politik               mendapatkan 80% suara.”  Selain itu, kemenangan ini tampaknya juga
                                                                          114
                lainnya di parlemen,               disebabkan karena banyak organisasi yang terafiliasi dengan Masyumi
                   yakni Partai Buruh              dibandingkan dengan partai politik lainnya.

                                dan PSII.                Segera setelah kemenangan mutlak Masyumi pada pemilihan
                                                   anggota DPRD Jawa Barat, pada pertengahan Desember muncul
                                                   sebuah mosi yang meminta agar kabinet membatalkan PP No 39
                                                   Tahun 1950 serta membekukan DPRD yang terbentuk dengan dasar
                                                   PP tersebut. Mosi diinisiasi oleh Hadikusumo, anggota parlemen dari
                                                   PNI dan didukung oleh dua kekuatan politik lainnya di parlemen, yakni
                                                   Partai Buruh dan PSII. Menariknya, partai pendukung pemerintah
                                                   seperti PIR, Parkindo, dan Parindra juga ikut mendukung mosi yang
                                                   diajukan. Hal ini tampaknya dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
                                                   PP memberi keuntungan besar kepada Masyumi. Mosi Hadikusumo
                                                   dimajukan pada pertengahan Januari 1951, dengan dukungan kuat dari
                                                   partai oposisi dan partai pendukung pemerintah (PIR, Parindra, dan
                                                   Parkindo), sementara satu partai pendukung pemerintah lainnya, PSI,
                                                   memutuskan untuk abstain. Di sisi lain, Mosi Hadikusumo mendapatkan

                                                   114  Bahtiar Effendy, op.cit, hal 108




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   95
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd   95                                                                   11/19/19   1:14 PM
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103