Page 113 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 113

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   Hadikusumo. Selain itu, telah didapatkan satu keputusan bersama
                                                   bahwa DPRD serta panitia pemilihannya tetap akan dipertahankan
                                                   sampai dengan terbentuknya badan pemilihan baru yang didasarkan
                                                   dari peraturan pemerintah pengganti PP No 39 Tahun 1950 tersebut.
                                                         Konflik kembali terjadi yang juga diawali oleh keputusan Iskaq
                                                   Tjokroadisurjo yang mengangkat anggota PNI sebagai gubernur di
                                                   Jawa Barat dan Sulawesi, dua daerah yang menjadi basis Masyumi.
                                                   Di Jawa Barat, Iskaq Tjokroadisurjo mengangkat Sanusi Hardjadinata
                                                   yang namanya tidak diusulkan oleh Dewan Daerah (sebagaimana pasal
                                                   15 PP No 39 Tahun 1950), sementara di Sulawesi, Iskaq Tjokroadisurjo
                                                   mengangkat Sudiro, yang dengan segera mendapatkan sentimen
                                                   negatif karena bukan orang Sulawesi.  kebijakan ini dikritik oleh
                                                                                       128
                                                   anggota PRN dari Sulawesi, dan akhirnya memicu munculnya sebuah
                                                   mosi  di parlemen. Meski sidang parlemen  untuk menyikap mosi
                                                   tersebut gagal dilaksanakan karena tidak mencapai kuorum dengan
                                                   aksi boikot yang dilakukan oleh Masyumi, PRN, dan PSI, namun segera
                                                   setelahnya, kepercayaan diri Iskaq dan kabinet menurun.
                                                         Bagaimanapun juga, sikap politik yang ditunjukkan oleh PNI
                                                   kemudian memperlihatkan bahwa koalisi yang dibangun oleh kedua
                                                   partai amat cair. Koalisi Masyumi-PNI hanya berlangsung dalam dua
                                                   masa kabinet, yakni kabinet Sukiman dan kabinet Wilopo. Pada masa
                                                   kabinet Ali Sastroamidjojo (1953-1955), Masyumi bahkan tampil sebagai
                                                   oposisi untuk pertama kalinya selama masa Demokrasi Liberal.



                                                   3.4.3 Razia Agustus 1951
                                                         Masalah berikutnya yang muncul pada kabinet Sukiman adalah
                                                   peristiwa penangkapan besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah
                        Bagaimanapun
                                                   terhadap aktivis Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada dasarnya,
                     juga, sikap politik           hubungan buruk antara pemerintah dengan PKI telah tampak sebelum

                     yang ditunjukkan              masa pemerintahan Sukiman, terutama pada masa kabinet Hatta dan
                  oleh PNI kemudian                Natsir. Meski demikian, kedua kabinet tersebut tidak menampakkan
                                                   permusuhannya ke permukaan. Hal berbeda yang dilakukan oleh
                      memperlihatkan
                                                   Sukiman.
                  bahwa koalisi yang                     Sebelumnya, pada bulan Juni 1951 sering terjadi aksi pemogokan

                dibangun oleh kedua                yang dilakukan oleh kaum buruh. Salah satu tuntutan yang dikeluarkan
                       partai amat cair.           adalah agar para buruh mendapatkan tunjangan hari raya, sebagaimana
                                                   yang didapatkan oleh para pegawai negeri sipil. Di tahun tersebut,


                                                   128  Herbert Feith, op.cit, hal 184




                                       dpr.go.id   110





         02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd   110                                                                  11/19/19   1:14 PM
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118