Page 115 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 115
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
mosi untuk menentukan apakah parlemen puas ataukah tidak puas
dengan jawaban yang diberikan oleh pemerintah. Mosi Tan Po Goan
ini ditandatangani oleh Tan Po Goan sebagai pengusul mosi, Utarjo,
HR. Rasuna Said, Zainal Baharuddin, dan Abdulhajat.
Kembali Sukiman berhasil selamat dari mosi setelah pada awal
November 1951 dilakukan sidang parlemen membahas mosi yang
diajukan oleh Tan Po Goan tersebut. Tindakan Sukiman mendapatkan
dukungan dari 91 anggota parlemen yang menyatakan puas, sedangkan
yang mendukung mosi Tan berjumlah 21 anggota yang menyatakan
tidak puas. PKI, PSI, dan golongan buruh mendukung mosi tersebut,
sedangkan yang menolak mosi Tan Po Goan diantaranya PNI, Masyumi,
PIR, Parindra, Parkindo, serta Partai Buruh.
Hal yang cukup mengejutkan adalah dukungan dari kelompok
Natsir terhadap kabinet. Tampaknya, sikap anti-komunis yang menjadi
dasar dukungan tersebut meski Masyumi kelompok Natsir dikenal
memiliki hubungan dekat dengan PSI. Meski kerap berseberangan,
kedua tokoh penting Masyumi tersebut memiliki kesamaan pandangan
mengenai komunis dan tentu saja PKI. Sementara PNI yang menjalin
hubungan dekat dengan PKI pada masa kabinet Natsir, tampaknya
berupaya mempertahankan kabinet agar tidak mengalami kejatuhan.
Sekali lagi, kabinet Sukiman berhasil mempertahankan posisinya dari
kejatuhan kabinet yang mungkin terjadi.
Sementara itu, peristiwa Razia Agustus serta dukungan PNI
terhadap kabinet Sukiman tampaknya mengubah cara pandang
PKI dalam menunjukkan identitasnya. PKI berupaya untuk mencari
Sementara itu, sekutu yang dapat menyelamatkan partai tersebut dari kemungkinan
terulangnya peristiwa Razia Agustus. Untuk itu, PKI berupaya menjalin
peristiwa Razia kedekatan dengan Presiden Sukarno dan Nahdlatul Ulama (NU) serta
Agustus serta mencoba tampil lebih lembut dengan bersikap lebih toleran terhadap
dukungan PNI agama. PKI, terlepas dari kebencian para pemimpin mudanya terhadap
Sukarno yang dianggap sebagai kolaborator Jepang, menghindari
terhadap kabinet anggapan-anggapan demikian dan tidak lagi menyalahkannya atas
Sukiman tampaknya peristiwa Madiun 1948. Sebaliknya, menimpakan kesalahan pada
mengubah cara kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi Tentara yang dilakukan pada
masa kabinet Hatta.
130
pandang PKI dalam Selain itu, PKI berusaha pula menonjolkan slogan-slogan
menunjukkan nasionalisme dan kebijakan Persatuan Nasional daripada memilih
identitasnya. untuk menunjukkan kampanyenya mengenai pertentangan kelas.
Dampaknya, para pemimpin PKI yang selamat dari Razia Agustus
seperti Aidit dan Sudisman meminta kepada serikat buruh SOBSI
130 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Jakarta: Penerbit Serambi, 2007), hlm. 483
dpr.go.id 112
02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd 112 11/19/19 1:14 PM