Page 119 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 119
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
Dengan sikap anti-komunis yang ditunjukkan oleh Masyumi dan
tentu saja oleh Sukiman, serta corak demokrasi barat yang digunakan
pada masa demokrasi liberal, hubungan pemerintah Indonesia dengan
Amerika Serikat menjadi dekat. Setidaknya, terdapat dua peristiwa yang
menunjukkan kedekatan hubungan ini. Pertama, keterlibatan Indonesia
pada perjanjian damai Jepang dalam Konferensi San Fransisco pada
bulan Agustus 1951. Kedua, penandatanganan bantuan Mutual Security
Act (MSA) yang dilakukan oleh Menteri Luar Negero, Ahmad Subardjo
dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Merle Cochran.
Pada 24 Agustus 1951, kabinet Sukiman mengutus Menteri Luar
Negeri Ahmad Subardjo untuk menghadiri Konferensi San Fransisco
dan ikut dalam upaya penandatanganan perjanjian damai Jepang.
Namun langkah ini mendapatkan kritikan tajam dari para pemimpin
Indonesia, termasuk dari anggota parlemen yang mencurigai kehadiran
Indonesia dalam Konferensi San Fransisco akan mengakibatkan
Indonesia tidak lagi berdiri pada garis politik luar negeri bebas aktif.
Dari dalam tubuh Masyumi sendiri, muncul perdebatan panjang
terhadap langkah kabinet yang mengutus Ahmad Subardjo menghadiri
Konferensi San Fransisco. Dewan Pimpinan Masyumi memutuskan
melakukan pertemuan untuk membahas langkah kabinet tersebut
selama tiga hari, 4-6 September 1951. Seperti yang telah terjadi berkali-
kali di dalam kepemimpinan Masyumi, perdebatan panjang tersebut
melibatkan kelompok Sukiman yang menyetujui penandatanganan
perjanjian damai tersebut dengan kelompok Natsir yang didukung
oleh Mohammad Roem dan Sjafruddin Prawiranegara yang menentang
penandatanganan. Kelompok Sukiman beralasan bahwa perjanjian
tersebut akan memberikan keuntungan kepada Indonesia karena
Dari dalam tubuh memberikan jaminan keamanan kepada negara-negara di kawasan
Masyumi sendiri, Pasifik, termasuk dalam menghambat perkembangan komunisme.
muncul perdebatan Jusuf Wibisono menambahkan bahwa dengan menandatangani
panjang terhadap perjanjian tersebut, Indonesia akan memiliki kesempatan mendapatkan
langkah kabinet yang pampasan perang dari Jepang.
Pendapat-pendapat kelompok Sukiman mendapatkan
mengutus Ahmad sanggahan dari Roem, kelompoknya kelompok Natsir. Menurutnya,
Subardjo menghadiri tidak ada jaminan stabilitas terkait keamanan kawasan dalam tahun-
Konferensi San tahun yang akan datang meski perjanjian tersebut ditandatangani oleh
Fransisco. Indonesia. Selain itu, perjanjian tersebut akan menempatkan Indonesia
berada dalam pihak yang sama dengan blok barat. Konsekuensinya,
Indonesia perlu membuat perjanjian bilateral dengan Jepang agar
dpr.go.id 116
02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd 116 11/19/19 1:14 PM