Page 123 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 123
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
Di dalam tubuh Masyumi sendiri, muncul kritikan keras dari
kelompok Natsir terhadap penandatanganan kesepakatan tersebut.
Hal ini tampaknya dapat dipahami. Pertama, telah diketahui secara
luas bahwa kedua tokoh tersebut memiliki hubungan buruk, sehingga
baik kelompok Natsir maupun kelompok Sukiman akan bersikap
keras terhadap kebijakan yang dianggap salah dari masing-masing
kubu. Kedua, bagaimanapun juga, meski Masyumi memiliki kedekatan
hubungan dengan Amerika Serikat, namun bantuan militer yang
pernah ditawarkan oleh Amerika Serikat kepada Indonesia pada
masa kabinet Natsir ditolak oleh Mohammad Natsir yang tampaknya
berupaya mempertahankan politik bebas aktif.
Kemudian, pada 11 Februari 1952, kelompok Natsir mendesak agar
dilakukan rapat pimpinan partai untuk membahas penandatanganan
kesepakatan tersebut. Sukiman dan Jusuf Wibisono datang menghadiri
rapat, sementara Ahmad Subardjo tidak datang. Ahmad Subardjo sendiri
memberikan pembelaan terhadap langkah yang telah diambilnya.
Pertama, Ahmad Subardjo meyakini bahwa, Indonesia membutuhkan
bantuan persenjataan dari Amerika Serikat untuk menghadapi gejolak
pemberontakan di dalam negeri. Kedua, Ahmad Subardjo mengatakan
bahwa alasan mengapa dirinya hanya menyampaikan penandatanganan
persetujuan dengan Sukiman dan tidak meminta pendapat dari kabinet
dan pimpinan militer disebabkan bahwa urusan luar negeri Indonesia
merupakan tanggung jawab menteri luar negeri dan perdana menteri.
Penandatanganan MSA oleh Ahmad Subardjo bukannya tanpa
Di dalam tubuh dukungan. Pihak-pihak yang mendukung bantuan ini mengatakan
Masyumi sendiri, bahwa langkah yang diambil oleh Subardjo hanya sebatas langkah-
muncul kritikan langkah pemerintahan biasa, bukan mengubah haluan politik luar
keras dari kelompok negeri Indonesia. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa meski bantuan
Natsir terhadap militer Amerika Serikat ditolak oleh Mohammad Natsir, namun bantuan
penandatanganan militer dalam skala yang kecil pernah diterima Indonesia dari Amerika
kesepakatan tersebut. Serikat pada bulan Agustus 1950 dalam bentuk seperangkat radio,
Hal ini tampaknya senjata-senjata ringan, serta kendaraan militer yang diperuntukkan
dapat dipahami. untuk petugas kepolisian. Sebagian kecil lainnya mengatakan bahwa
Indonesia membutuhkan kerja sama dengan Amerika Serikat untuk
dpr.go.id 120
02 B BUKU 100 DPR BAB 3 CETAK.indd 120 11/19/19 1:15 PM