Page 128 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 128

PARLEMEN D ALAM PER ALIHAN
                                                                       DEWAN PER WAKILAN R AKYAT  1952 – 1954



                                                   penelitian biografi yang dibuat oleh Soelaeman Soemardi dari 146
                                                   orang yang menjadi menteri kabinet antara 1945 dan 1954, 234 orang
                                                   yang menjadi anggota parlemen pada 1954 dan 61 pegawai negeri
                                                   tingkat tertinggi pada waktu itu. Soelaeman menemukan bahwa 83%
                                                   menteri kabinet, 59% anggota parlemen dan 100% pegawai negeri
                                                   senior telah memperoleh pendidikan universitas atau pendidikan
                                                   menengah atas. Selain itu, ia juga menemukan bahwa 94% dari menteri
                                                   (terlepas dari tingkat pendidikan mereka), 91% anggota parlemen dan
                                                   semua pegawai negeri telah dididik di Barat.
                                                         Revolusi nasional Indonesia dipimpin oleh para intelektual
                    Revolusi nasional              seperti itu, orang-orang yang telah memanfaatkan banyak liberalisme

                 Indonesia dipimpin                Barat dan radikalisme, dan yang, lebih dari kelompok lain, memiliki
                oleh para intelektual              kemampuan teknis untuk mengambil alih negara modern, pengetahuan
                                                   yang diperlukan dari bahasa Barat dan hukum Barat dan prosedur
                   seperti itu, orang-             administrasi. Banyak dari orang-orang ini telah dapat memperoleh
                    orang yang telah               pendidikan Barat mereka karena kekayaan atau posisi sosial yang

             memanfaatkan banyak                   tinggi dari keluarga mereka. Tetapi, sebagai anggota elit revolusioner,
               liberalisme Barat dan               kekuatan dan prestise mereka lebih bergantung pada pencapaian

             radikalisme, dan yang,                pendidikan mereka daripada posisi orang tua mereka, biasanya anggota
                                                   dari salah satu kelompok usaha kecil Indonesia atau salah satu (dan
                 lebih dari kelompok               dalam banyak kasus adalah birokratisasi) aristokrasi. Kaum intelektual

                         lain, memiliki            datang untuk menjalankan kekuasaan sebagai kelompok independen,
                 kemampuan teknis                  tidak hanya pada tingkat yang lebih rendah, hanya sebagai juru bicara
                                                   untuk kelompok-kelompok yang lebih tua, tempat anggota mereka
                   untuk mengambil                 muncul.
                alih negara modern,                      Meskipun terdapat dominasi secara kuantitas, tetapi tidak

                  pengetahuan yang                 pernah ada intelektual yang memiliki monopoli terhadap kontrol
             diperlukan dari bahasa                sosial, bahkan pada tingkat elit politik. Jika definisi kita adalah
                                                   dalam hal latar belakang pendidikan formal — dan ini bukan hanya
                    Barat dan hukum                pembenaran heuristik tetapi juga dasar dalam pemikiran kelompok
                 Barat dan prosedur                itu sendiri — maka seseorang harus segera menunjuk kelompok lain

                          administrasi.            yang harus berbagi kekuatan dengan elit ini. Ini adalah (menurut
                                                   definisi) orang-orang tanpa pendidikan tinggi ala Barat atau pendidikan
                                                   menengah atas. Kekuatan mereka tidak terletak pada pemahaman
                                                   tentang fungsi negara modern, tetapi lebih pada keterampilan politik
                                                   yang sempit, pada kemampuan untuk bertindak sebagai mediator
                                                   dan penyelenggara dalam kaitannya dengan masa yang diatur secara
                                                   politis, dan untuk mempengaruhi pemimpin tingkat bawah dari partai
                                                   dan organisasi massa, atau dengan kata lain, teknokrat.
                                                         Peran ini telah dijalankan oleh orang-orang dari pendidikan




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   127
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 4 CETAK.indd   127                                                                  11/19/19   10:47 AM
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133