Page 155 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 155

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   pernyataan keberatan yang cukup penting. Khususnya, jawaban
                                                   keberatan tersebut untuk menempatkan tanggung jawab hukum untuk
                                                   pendaftaran pada pemilih, umumnya harus ada pada pejabat desa.
                                                   Di sisi lain, parlemen telah berusaha dalam menempatkan di bulan
                                                   Juli untuk mengukur pengisian kursi yang saat ini kosong atas dasar
                                                   nominasi partai. Janji-janji resmi pemilihan terus dilakukan, tetapi
                                                   tidak ada langkah-langkah konkret lebih lanjut dari setiap kepentingan
                                                   yang diambil, meskipun terdapat tekanan yang berkelanjutan dan
                                                   semakin meningkat, terutama dari kelompok-kelompok politik dan
                                                   bagian-bagian pers yang bersimpati pada ide-ide Sutan Sjahrir dan
                                                   Partai Sosialis-nya. 172
                                                         Terdapat beberapa sikap yang dari para anggota DPR terkait
                                                   Pemilihan Umum dan Dewan Konstituante di Daerah-Daerah di dalam
                                                   rapat pandangan umum para anggota Dewan terkait keterangan
                                                   pemerintah mengenai program Kabinet Wilopo. Pemerintah mencapai
                                                   kesepakatan dalam menyatakan sikap untuk cenderung memilih sistem
                                                   pemilihan langsung. Ketika itu, hampir seluruh anggota DPR menolak
                                                   untuk mengadopsi sistem pemilihan bertingkat yang diusulkan oleh
                                                   pemerintahan sebelumnya di dalam Rancangan Undang-Undang
                                                   pembentukan konstituante. Selain itu, sistem pemilihan bertingkat
                                                   dianggap kurang demokratis. Hal ini didasari oleh fakta bahwa lebih
                                                   dari 80% penduduk Indonesia yang ketika itu belum dapat membaca
                                                   (tuna aksara), tidak menjadi alasan bahwa hak memilih itu hanya dapat
                                                   dimiliki dan dilaksanakan oleh penduduk yang dapat membaca. Hal
                                                   ini juga didukung dengan gagasan bahwa penduduk yang buta akan
                                                   huruf, tidak berarti buta akan politik. 173
                                                         Pandangan dasar tersebut kemudian mendapat persetujuan
                                                   dari DPR dan Kabinet Wilopo. Akan tetapi, terdapat beberapa
                                                   pokok-pokok permasalahan yang cukup penting yang mendapatkan
                            Pemerintah             perhatian di dalam rapat. Permasalahan yang belum mencapai satu
                               mencapai            titik kesepahaman tersebut antara lain adalah wilayah pemilihan
                  kesepakatan dalam                dalam skala nasional yang terdiri dari satu daerah pemilihan atau

                    menyatakan sikap               beberapa daerah. Apabila terdiri dari beberapa daerah, perlu ketegasan
                                                   akan jumlah daerah pemilihannya. Rapat tersebut berupaya untuk
                     untuk cenderung               mendengarkan masukan-masukan dari para anggota Parlemen. Maruto
                       memilih sistem              Nitimihardjo di dalam pidatonya mengatakan:
                 pemilihan langsung.


                                                   172  Ibid., 240.
                                                   173  Risalah Rapat Pleno Dewan Perwakilan Rakyat Sementara 1952, h. 1903.




                                       dpr.go.id   154





         02 B BUKU 100 DPR BAB 4 CETAK.indd   154                                                                  11/19/19   10:48 AM
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160