Page 198 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 198

PARLEMEN D ALAM PER ALIHAN
                                                                       DEWAN PER WAKILAN R AKYAT  1952 – 1954



                                                           hingga dua buah untuk kepentingan dinas. Jika para pegawai
                                                           ingin membeli mobil, hal tersebut supaya diatur oleh
                                                           pemerintah dengan adanya kemudahan dan atas tanggungan
                                                           sendiri;
                                                         2) Pemerintah harus melakukan antisipasi dengan segera
                                                           secara besar-besaran membuat perumahan-perumahan
                                                           untuk pegawai-pegawai dan mahasiswa dan sebagainya. 196


                                                         DPR mengangap bahwa tindakan penghematan di atas adalah
                                                   salah satu langkah pemerintah dalam upaya agar dapat menjalankan
                                                   program usaha demi kepentingan keuangan negara di tahun 1952.
                                                   Hal ini perlu dilakukan karena adanya deficit sebesar Rp2,5 miliar di
                                                   tahun sebelumnya.
                                                         Hal lain yang menjadi pertanyaan bagi DPR adalah persoalan
                                                   nasionalisasi De Javasche Bank. Hutomo Supardan mempertanyakan
                                                   sejauh mana usaha panitia bank dalam menyelesaikan rancangan
                                                   undang-undang bank (bankwet). Hingga masa pertengahan
                    DPR mengangap                  pemerintahan Kabinet Wilopo, perhimpunan bankir telah di bentuk

                      bahwa tindakan               dengan Javasche Bank menjadi bagian dari anggotanya. Demikian pula
                                                   belum ada kejelasan terkait sikap pemerintah mengenai bank-bank
               penghematan di atas
                                                   partikelir nasional dan terhadap bank-bank asing.
                    adalah salah satu                    Di dalam keterangan pemerintah, wilayah kerja bank-bank
                langkah pemerintah                 asing belum memiliki kejelasan. Di dalam keterangan tersebut, belum

                   dalam upaya agar                adalah hal-hal yang disinggung soal bank asing yang memiliki wilayah
                                                   eksploitasi di daerah Republik Indonesia, terutama apakah bank-
                 dapat menjalankan
                                                   bank tersebut perlu dibatasi wilayah kerjanya di bawah supervisi
                       program usaha               dari pemerintah Republik Indnesia. Menurut statistik di tahun 1951,
                   demi kepentingan                bank-bank tersebut mengirimkan laba sebesar Rp5,040,000, dividen

                 keuangan negara di                Rp415,000 dan afschrijving (depresiasi) Rp278,000 yang keseluruhannya
                                                   di dalam kurs mata uang Belanda. Di akhir tahun 1951, terdapat pabrik
                           tahun 1952.
                                                   yang mengirimkan Rp5,000,000 ke Hongkong Shanghai Bank. Di
                                                   samping dapat mengirimkan transfer dan sebagainya, bank-bank
                                                   tersebut menjadi pemodal perusahaan-perusahaan asing di Indonesia
                                                   dan memiliki hak untuk menggunakan devisa negara.
                                                         Isu terkait impor dan ekspor menjadi fokus dari rapat di DPR.
                                                   Menurut statistik, bahan baku ekspor yang paling dominan adalah
                                                   karet. Di tahun 1951, terdapat sejumlah 554,430 ton karet rakyat
                                                   yang diekspor dengan nilai harga Rp1,606,608,000 sedangkan karet

                                                   196  Ibid., h. 2097-9.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   197
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 4 CETAK.indd   197                                                                  11/19/19   10:48 AM
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203