Page 297 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 297

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   kemudian memilih bergabung dengan Dewan Perjuangan bentukan
                                                   panglima militer di daerah bergolak. Bersama dengan para panglima
                                                   yang membangkang, para elite politik ini menuntut hak otonomi
                                                   daerah yang luas dalam sektor ekonomi. Atas dasar itulah kemudian
                                                   mereka mengajukan “Piagam Perjuangan Menyelamatkan Negara”,
                                                   yang isinya adalah mengusulkan agar Mohammad Hatta dan Sri Sultan
                                                   Hamengkubuwono IX menjadi formatur kabinet menggantikan Kabinet
                                                   Djuanda, yang dianggap tidak sanggup untuk mengatasi ketegangan
                                                   politik. Dalam hal ini, Dewan Perjuangan menuntut, jika keinginan
                                                   usulan mereka tidak diterima, maka mereka akan mengambil kebijakan
                                                   sendiri dan menganggap dirinya “terbebas dari wajib taat kepada
                                                   Sukarno sebagai Kepala Negara”. Usul tersebut disampaikan kepada
                                                   Presiden Sukarno, Perdana Menteri Djuanda, Mohammad Hatta, Sultan
                                                   Hamengkubuwono IX, dan ketua parlemen.  Tetapi kemudian usulan
                                                                                           351
                                                   tersebut ditolak oleh Djuanda. Penolakan ini kemudian menimbulkan
                                                   reaksi dari para pemberontak, yaitu dengan mendirikan pemerintahan
                                                   tandingan. Dewan Perjuangan mendeklarasikan berdirinya PRRI
                                                   (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) pada 15 Februari
                                                   1958 di Bukittinggi. PRRI didukung oleh Permesta di Sulawesi Utara,
                                                   sehingga kemudian pemberontakan ini lebih dikenal dengan nama
                                                   PRRI-Permesta. 352
                                                         Pemberontakan  PRRI-Permesta  pecah  tidak  lama  setelah
                                                   kepulangan Presiden Sukarno dari luar negeri.  Hal yang menarik
                                                                                               353
                                                   dari pemberontakan ini adalah bukan hanya sekadar dipicu oleh
                                                   masalah ketimpangan antara pusat dan daerah saja, tetapi juga ada
                                                   bagaimana adanya upaya dari para pemberontak untuk menarik masuk
                                                   kekuatan asing dalam persoalan di dalam negeri. Keterlibatan pihak
                                                   asing dalam PRRI-Permesta ini kemudian terlihat dalam rentetan-
                                                   rentetan peristiwa yang terjadi setelahnya dan kemudian menyebabkan
                                                   masalah dalam waktu yang singkat. Melihat hal ini, pemerintah melalui
                     Pemberontakan                 Menteri Luar Negeri, Subandrio, berperan penting untuk mematahkan

                       PRRI-Permesta               kegiatan pemberontak yang berada di luar negeri, baik dalam usahanya
                    pecah tidak lama               untuk menyuplai bantuan persenjataan dan perbekalan atau dalam

                 setelah kepulangan                propaganda penghasutan untuk mendapatkan simpati dari kalangan
                                                                                   354
                    Presiden Sukarno               tokoh-tokoh politik di luar negeri.

                      dari luar negeri.            351  Ibid, hlm. 185.
                                                   352 Martin Sitompul, 2014, Perjuangan Diplomasi Indonesia dalam Sengketa Irian Barat 1959–1963,
                                                      Skripsi Program Studi Ilmu Sejarah FIB UI, hlm. 51.
                                                   353 Kementerian Penerangan RI, 1959, Mendjelang Dua Tahun Kabinet Karya: 9 April 1957–9 April
                                                      1959, Jakarta: Kementerian Penerangan RI, hlm. 25.
                                                   354 Ibid.



                                       dpr.go.id   298





         02 B BUKU 100 DPR BAB 6 CETAK.indd   298                                                                  11/19/19   9:22 AM
   292   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302