Page 298 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 298

PARLEMEN D AN UPAYA
                                                                                         MENGGAPAI K ONS TITUSI
                                                                                                  B AR U,1957 - 1960


                                                         Upaya pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah
                                                   mempengaruhi negara-negara di Asia Tenggara, Asia dan Afrika
                                                   agar tidak menaruh simpati terhadap kaum pemberontak dan ikut
                                                   mengutuk adanya campur tangan asing dalam urusan dalam negeri
                                                   Indonesia, yang mampu mengancam perdamaian di Asia. Pentingnya
                                                   hal ini dilakukan oleh pemerintah Indonesia, karena politik propaganda
                                                   kaum pemberontak yang menggunakan dalil-dalil anti komunisme
                                                   berusaha untuk menarik simpati para negara-negara yang tergabung
                                                   dalam pakta SEATO (Pakta pertahanan wilayah Asia Tenggara bersama
                                                   dengan AS), seperti Filipina. Selain melancarkan politik propaganda,
                                                   kaum pemberontak juga berusaha untuk menyiarkan berita-berita
                                                   yang bersifat menghasut kekuatan asing, dengan mengatakan bahwa
                      Upaya pertama                pemerintah pusat telah menerima bantuan persenjataan dari Uni

                yang dilakukan oleh                Soviet. 355  Kemudian untuk melawan hasutan-hasutan tersebut,
                  pemerintah adalah                pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negerinya, menyatakan
                      mempengaruhi                 keberatan dengan berita-berita tersebut dan menegaskan bahwa

                    negara-negara di               pemerintah Indonesia tidak menerima bantuan persenjataan dari
                                                   Uni Soviet. Disamping itu dalam kesempatan tersebut, Menteri Luar
                 Asia Tenggara, Asia               Negeri, Subandrio, menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia
                dan Afrika agar tidak              berhasil menjatuhkan pesawat berpilot warga negara Amerika Serikat,
                    menaruh simpati                Allen Lawrence Pope pada 18 Mei 1958 di lapangan terbang Pekanbaru.

                       terhadap kaum               Dalam hal ini, Pope mengakui bahwa ia adalah seorang tentara bayaran
                                                   yang disewa untuk melakukan pengeboman di wilayah Indonesia
             pemberontak dan ikut                  Timur. Belakangan diketahui bahwa pesawat yang digunakan oleh Pope
                   mengutuk adanya                 berasal dari Filipina, yang merupakan pangkalan dari SEATO (Pakta
              campur tangan asing                  pertahanan wilayah Asia Tenggara bersama dengan AS). 356
                                                         Upaya lain yang dilakukan adalah pengajuan protes oleh Konsol
               dalam urusan dalam                  Djenderal RI di Singapura. Protes ini dilancarkan kepada pemerintah

             negeri Indonesia, yang                Singapura  yang  dianggap  memberikan  izin  kepada  tokoh-tokoh
              mampu mengancam                      pemberontak untuk memasuki dan melakukan kegiatan bersifat anti
                 perdamaian di Asia.               Indonesia di wilayah Singapura. Selain juga dilakukan kunjungan oleh
                                                   Duta Besar RI di Manilla kepada Menteri Luar Negeri Filipina untuk
                                                   menyampaikan aide memoire yang berisi bantahan tegas mengenai
                                                   campur tangan Uni Soviet dalam masalah internal di Indonesia.
                                                   Kunjungan yang dilakukan oleh Duta Besar Indonesia di Filipina ini
                                                   dilakukan karena ada indikasi bahwa Filipina beranggapan bahwa
                                                   Indonesia memihak kubu komunis. Hal ini terlihat ketika kunjungan
                                                   dilakukan, para pejabat Filipina terlihat bersimpati pada kaum
                                                   355 Ibid, hlm. 26.
                                                   356 Martin Sitompul, op.cit., hlm. 50




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   299
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         02 B BUKU 100 DPR BAB 6 CETAK.indd   299                                                                  11/19/19   9:22 AM
   293   294   295   296   297   298   299   300   301   302   303