Page 51 - BUKU DUA - UPAYA MENYATUKAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA 1950-1960
P. 51
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
dua orang perwira UNCI yang sengaja datang untuk berunding.
Dalam perundingan itu, Schotborg bersedia mengizinkan Batalyon
Worang memasuki Makasar dengan syarat, keamanan kota Makasar
tetap berada di tanga KNIL. Usul itu ditolak dan akhirnya Schotborg
menyerah kepada kehendak Worang, yakni pasukan Worang memasuki
Makasar dan pasukan KNIL dikonsinyasi. Pada 21 April batalyon
51
Worang memasuki kota Makasar, dan pada 26 April 1950 seluruh
pasukan ekspedisi pimpinan Kolonel Alex Kawilarang mendarat di
Makasar. Sebelumnya Kapten Andi Azis, walaupun sudah terlambat,
menyerahkan diri kepada Pejabat Panglima Tentara Teritorium
Indonesia Timur dan kemudian diangkut ke Jakarta. Meskipun Kapten
Andi Azis telah menyerah dan pasukan KNIL dikonsinyasi, namun
ketegangan di wilayah Makasar tidak secara otomatis menjadi kondusif
kembali.
Orang-orang KNIL masih sering memancing insiden, antara
lain dalam bentuk penganiayaan terhadap rakyat yang bertempat
tinggal dekat tangsinya. Mereka sengaja melakukan tindakan itu
sebagai upaya memprovokasi agar APRIS mulai menyerang. Pada
awalnya pasukan APRIS dapat menahan diri, namuan pada 15 Mei
1950 pasukan KNIL secara membabi buta menembaki pos-pos APRIS,
dan pusaukan APRIS membalasnya sehingga terjadilah pertempuran.
Pada sore hari itu juga tercapai persetujuan, antara lain konsinyasi
pasukan KNIL di tiga tempat. Ternyata orang-orang KNIL masih
merasa tidak puas, mereka kembali melakukan semacam provokasi
dengan memamerkan kekuatannya, sehingga terjadi insiden kenyila
yang dapat diselesaikan dengan cepat. Akan tetapi ada 1 Agustus 1950,
seorang anggota TNI yang baru saja tiba dari Nusantenggara Timur,
yakni Letnan Jan Ekel, telah ditembak oleh anggota KNIL. Akibatnya
Orang-orang pertempuran kembali berkobar, sehingga pada 6 Agustus pihak APRIS
KNIL masih sering mempersiapkan serangan umum. Komandan KNIL yang mengetahui
memancing insiden, rencana itu segera meminta untuk berunding kembali. Namun
antara lain dalam Komandan Militer Kota Makasar Letan Kolonel Soeharto (kemudian
bentuk penganiayaan menjadi Presiden RI) mengajukan dua alternatif kepada pihak KNIL,
yakni: meninggalkan Makasar atau dihancurkan samasekali. Dan dalam
terhadap rakyat yang hal meninggalkan Makasar harus memenuhi syarat, yaitu semua senjata
bertempat tinggal harus ditinggalkan dan hanya diizinkan melalui satu koridor menuju
dekat tangsinya. pelabuhan. KNIL menerima tuntutan itu dan perundingan selanjutnya
dilaksanakan antara Kolonel Alex Kawilarang dengan Mayor Jenderal
51 I b i d. h. 65.
dpr.go.id 46
02 B BUKU 100 DPR BAB 2 CETAK.indd 46 11/19/19 10:01 AM