Page 170 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 170
Volk sr aad PERIODE 1931 – 1942
Dalam keterangannya di depan Volksraad pada 16 Juni 1930, Gubernur
Jenderal mengindikasikan bahwa Sukarno diperkirakan telah
melakukan pelanggaran terhadap Pasal 169 dan 153 bis. Oleh karena
itu, perkaranya akan dilimpahkan ke pengadilan. 339
Sementara itu di Pengadilan Bandung, setelah beberapa bulan
pemeriksaan dan persidangan, diberikanlah kesempatan kepada
Sukarno untuk melakukan pembelaan. Sebanyak 60.000 kata-kata
orasi pembelaannya disampaikan secara lengkap, serta dilengkapi
oleh data-data yang baik resmi maupun tidak resmi, yang menunjukan
bahwa Sukarno merupakan korban sasaran dari apa yang disebutnya
Setelah Sukarno sebagai “open door imperialism” atau imperialisme pintu terbuka.
Penghisapan yang terus menerus dilakukan oleh Pemerintah Kolonial
bebas, dengan Hindia Belanda yang kapitalis terhadap potensi sumber kekayaan kaum
bantuan Thamrin, ia pribumi yang lebih jauh lemah mendorongnya untuk bangkit sebagai
mencoba menata kekuatan pribumi yang menantang. Atas nama nasionalisme populis
kembali kesatuan yang berakar pada kesadaran nasional yang sedang tumbuh dan tak
kepemimpinan yang dapat dibasmi, pimpinan PNI bangkit dengan aksi massa damai. Mereka
bergerak dalam tataran nonkooperatif dari Front Sawo Matang untuk
semula berada pada menghadapi kekuatan kolonial secara damai dan setara. 340
PNI, beserta dengan Setelah Sukarno bebas, dengan bantuan Thamrin, ia mencoba
struktur federatifnya. menata kembali kesatuan kepemimpinan yang semula berada pada
PNI, beserta dengan struktur federatifnya. Resepsi di Balai Pertemuan
yang berlangsung di Bandung pada 31 Desember 1931 dipersiapkan oleh
Thamrin. Selanjutnya, di kongres Indonesia Raya di Surabaya pada 1
Januari 1932, ia diperkenalkan kepada Dr. Sutomo sebagai seseorang
yang telah menjadi korban hukuman yang tidak adil dari pihak kolonial.
Melalui sambutannya, seperti biasanya Sukarno menyengat para
pendengarnya. Ia membandingkan dirinya dengan pahlawan wayang
bernama Kokrosono yang kembali dari penjara untuk menemui
saudaranya, Banowati dan Irowati, yang terpisah karena pertempuran,
dengan maksud untuk merujuk pada perpecahan yang terjadi pada
Partindo dan PNI Baru. Sukarno meminta saudara-saudaranya untuk
bersatu dalam Front Sawo Matang. 341
Para anggota Fraksi Nasional, seperti Thamrin, Suroso, Mochtar,
dan De Dreu merupakan orang-orang pertama yang memperingatkan
Volksraad akan potensi perubahan kondisi di masa yang akan datang
bagi kaum pribumi, tidak seperti pada permulaan diberlakukannya
339 Handelingen Volksraad 1930-1931, hlm. 9-10
340 Bob Hering, Op.Cit., hlm. 162-163
341 Ibid., hlm. 169-170
167
A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd 167 11/18/19 4:50 AM