Page 188 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 188
Volk sr aad PERIODE 1931 – 1942
adalah semata untuk mengatur perpolitikan. Setelah perdebatan
385
sejenak, maka pada 16 Agustus mosi ditarik setelah adanya usul dari
Fruin dan rekan-rekannya untuk menyelesaikan masalah itu dalam
persidangan tersebut. 386
Dalam tanggapannya, Stokvis menyimpulkan bahwa terpencilnya
taktik lama didorong oleh perasaan tanpa kekuatan bercampur dengan
tumbuhnya perasaan pahit dan kelesuan. Jurang antara Pemerintah
Kolonial dengan gerakan nasional bertambah lebar dari sebelumnya.
Bahkan, jika pihak sana dapat bersikap lebih bersahabat, pengalaman
telah memperlemah kehendak bekerja sama di antara mereka dan
golongan pribumi. Gerakan sarekat buruh pribumi seperti mati.
Keadaan patah semangat, daya amuk yang terkendali, serta impotensi
kini merupakan keadaan sehari-hari dari gerakan pribumi. Demikian
kesimpulan akhir Stokvis. 387
Keadaan putus asa dalam pergerakan begitu jelas digambarkan
oleh Thamrin dan Stokvis dalam korespondensi mereka, bahkan
menjadi lebih jelas ketika rumor “minta ampun” Sukarno beredar di
kalangan politik Indonesia. Mula-mula, laporan tentang tanda-tanda
lemahnya Sukarno selama dalam interogasi dan kemungkinan dirinya
berubah, muncul dalam editorial pers pihak kolonial. Hal ini disanggah
388
dengan cepat oleh pihak pers Indonesia yang menyebut hal itu sebagai
upaya mengejek para pemimpin nasionalis dan memerosotkan moral
pergerakan. Beberapa waktu kemudian, laporan tentang perubahan
389
yang dramatis yang dibuat Sukarno, muncul terus menerus. Dua arus
Ilustrasi yang pendapat muncul dalam koran Indonesia. Satu pihak minoritas mati-
menggambarkan matian membela Sukarno.
sindiran terhadap
Stokvis, seorang Dalam sarannya pada tanggal 13 Oktober 1933, Dewan Hindia
anggota Volksraad menentang pembebasan Sukarno karena ia akan selalu membahayakan
dari golongan Eropa,
yang simpati pada ketenangan dan ketertiban umum. Pada 23 November 1933, interogasi
perjuangan kaum terakhir terhadap Sukarno dilaksanakan. Sebelum itu, ia harus mengisi
pribumi kuesioner yang telah dipersiapkan. Dengan Dekrit Pemerintah No.
[Sumber: Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 2z tanggal 28 Desember 1933, Kota Ende di Pulau Flores ditetapkan
1 Maret 1930] sebagai tempat pembuangan Sukarno. Pemerintah Kolonial bergeming
dengan perubahan Sukarno. Menghadapi hukuman itu, mungkin ia
akan merujuk pada filsafat Jawa “wani ngalah duwur wekasane”, yang
berarti yang berani mengalah pada akhirnya akan mencapai yang
385 Volksraad Zittingsjaar 1933-1934, Onderwerp 54, Stuk 3, hlm. 1
386 Handelingen Volksraad 1933-1934, hlm. 1068-1071
387 Laporan pada SDAP, Batavia, 2 Januari 1934, File No. 961, IISG, hlm. 6
388 Algemeen Indische Dagblad dan Nieuws van den Dag, 27 September 1933
389 Bintang Timoer, 20 November 1933
185
A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd 185 11/18/19 4:50 AM