Page 189 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 189

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN



                                                   tinggi. Seperti memberikan konsesi akan sesuatu terlebih dahulu,
                                                   untuk kemudian menunggu kemenangan yang datang di akhir. Pada 17
                                                   Februari 1934, Sukarno dengan ditemani rombongan kecil keluarganya,
                                                   naik kapal Jan van Riebeeck dalam perjalanan ke Ende dan disaksikan
                                                   oleh sedikit orang dari jauh. 390
                                                         Posisi sarekat buruh yang kooperatif maupun yang nonkooperatif
                                                   lenyap selamanya dengan “dikebirinya” sayap radikal nonkooperatif.
                                                   Hal ini berarti praktis menonaktifkan PPPKI. PPPKI, dengan Partindo
                                                   yang ada didekatnya, tidak melakukan rekonstruksi yang bisa bertahan.
                                                   Tujuan Partindo sendiri adalah untuk menegaskan ikatannya dengan
                                                   PPPKI melalui kongres akhir di tahun 1934 dalam menghadapi
                                                   larangan pemerintah setempat.  Maka, pada saat inilah waktunya
                                                                                 391
                                                   politik domestik harus ditinggalkan untuk sementara karena adanya
                                                   tekanan yang lebih mendesak dalam masalah sosial dan ekonomi. Hal
                                                   itu dilakukan baik di Volksraad, maupun di College van Gedelegeerden
                                                   tempatnya bergiat, yaitu tempat permulaan gugurnya interpelasi
                                                   yang disampaikan tentang retriksi yang dikenakan pada sayap radikal
                                                   pergerakan. Masalah ini kemudian terlewatkan dengan datangnya
                                                   masalah lain berupa depresi ekonomi. Pada tahun sidang 1933 dan
                                                   permulaan 1934, soal langkah-langkah ekonomi yang digambarkan oleh
                                                   pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sejak permulaan 1933, tindakan
                                                   itu meliputi langkah-langkah luas yang berkaitan dengan restriksi di
                Posisi sarekat buruh               bidang impor dan ekspor, pemotongan upah, serta pengaturan lisensi

                     yang kooperatif               dan kuota. Sebagian peraturan tersebut dibuat untuk melindungi
                       maupun yang                 perusahaan raksasa Eropa dan kepentingan korporasi Eropa lainnya,
                                                   baik yang ada di negeri Belanda maupun Indonesia.
              nonkooperatif lenyap                       Aspek lain dari sistem kuota dibicarakan oleh koran Sipatahoenan.
                 selamanya dengan                  Dikatakan bahwa perusahaan tekstil dan Twente di negeri Belanda jelas

                  “dikebirinya” sayap              diuntungkan dari peraturan baru yang meliputi industri tersebut,
                                                                                                   392
              radikal nonkooperatif.               serta bertentangan dengan kepentingan Indonesia.  Ir. S.J. Rutgers
                                                   dengan segera menambahkan bahwa kurangnya gerakan massa dan
                                                   buruh pribumi militan memberikan kesempatan pada pemerintah
                                                   untuk mengabaikan keputusan mayoritas Volksraad, kalau keputusan
                                                   tersebut merupakan keputusan yang tidak disukai pemerintah. Bahkan,
                                                   De Jonge dalam pidatonya di Volksraad pada 15 Juni 1934 mengakui
                                                   bahwa regulasi konflik singkat mungkin saja diterapkan dan mosi dapat
                                                   diabaikan melebihi dari yang pernah terjadi sebelumnya. 393

                                                   390  IPO 9, 3 Maret 1934, hlm. 133
                                                   391   Oetoesan Hindia, 8 Oktober 1934
                                                   392  Sipatahoenan, 10 April 1934
                                                   393  Handelingen Volksraad 1934-1935



                                       dpr.go.id   186





         A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd   186                                                               11/18/19   4:50 AM
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194