Page 217 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 217
SEABAD RAKYAT INDONESIA
BERPARLEMEN
3.8 Keinginan Untuk Bernegara yang
Berdiri di Atas Kaki Sendiri
Setelah kegagalan Petisi Sutarjo di Volksraad, isu untuk
mendirikan negara yang otonom secara utuh mulai digembar-
gemborkan lagi di kalangan masyarakat Hindia Belanda, baik melalui
organisasi-organisasi pergerakan maupun partai-partai politik yang
menjadi wadah untuk para anggota Volksraad di kala itu.
Pada 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia
(GAPI) oleh M.H. Thamrin. GAPI merupakan gabungan dari Parindra,
Gerindo, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia, Partai Katolik
Indonesia, Pasundan, dan PSII. Pimpinan GAPI dipegang oleh M.H.
Thamrin dari Parindra dan Amir Syarifuddin dari Gerindo, yang
tujuan utamanya adalah menuntut “Indonesia berparlemen”. Dalam
hal ini, Sutarjo merujuk pada pembentukan GAPI pada bulan Mei 1939,
yang menurutnya merupakan reaksi yang tepat karena Indonesia
telah menjadi korban penolakan Kerajaan Belanda pada petisi yang
diajukannya pada tahun 1936. Sebelum itu, pada Juli 1939, Sutarjo
memperingatkan dewan bahwa Fraksi Nasional akan mengambil aksi
pada saat petisi ditolak karena bagi Fraksi Nasional, tidak semestinya
rakyat negeri jajahan yang telah bersikap damai dan berperilaku
sebegitu moderatnya pada pihak kolonial justru dihambat upayanya
dalam mencapai kemandirian. 464
Sidang pembukaan Maka, kegagalan yang ada justru menjadi puncak dari inisiatif
Volksraad tahun 1939. fraksi sebagaimana terjadi pada periode 1930-an dan permulaan
[Sumber: Bataviaasch
nieuwsblad, 15 Juni 1939] 1940-an. Tumbuh ikatan kuat di antara organisasi-oraganisasi politik
di luar Volksraad, sementara di dalam dewan sendiri bermunculan
464 Handelingen Volksraad 1937-1938, hlm. 102
dpr.go.id 214
A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd 214 11/18/19 4:50 AM