Page 218 - BUKU SATU - DARI VOLKSRAAD KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT 1918-1949
P. 218
Volk sr aad PERIODE 1931 – 1942
serentetan mosi dan petisi yang disampaikan oleh delegasi nasional
selama dua tahun berikutnya, yang keseluruhannya menuntut otonomi
konstitusional yang lebih besar. Di samping itu, bekerja sama dengan
Kahuripan dan Tumapel dengan sistem semacam bank pedesaan
dilaksanakan untuk kepentingan para petani. Pembayaran dilakukan
berdasarkan hasil panen mereka, dengan harapan bahwa akan muncul
harga yang pantas untuk sekitar dua puluh lumbung padi yang dikelola
oleh Rukun Tani Parindra di daerah Lumajang, Sidoarjo, dan Surabaya.
Pada masa-masa itulah, kaum elite Indonesia menginginkan
keterlibatan secara wajar dalam menghadapi perkembangan. Anggaran
pertahanan Hindia Belanda berlipat dua pada tahun 1936 dan 1938, lalu
naik lagi pada tahun 1939 dan 1940. Fraksi Nasional terus menerus
465
melakukan kritik keras, terutama yang sehubungan dengan partisipasi
milisi orang Indonesia. Mayoritas anggota dewan menghendaki
peningkatan anggaran itu, dan biasanya Fraksi Nasional yang akan
menentang. 466 Fraksi Nasional memandang pertahanan Hindia itu
merupakan urusan Belanda. 467
Tanpa konsesi politik yang terikat dalam pembentukan milisi
pribumi, mereka tidak akan bersedia mendukungnya, suatu keputusan
yang mudah diambil setelah ditolaknya Petisi Sutarjo. Sebelum itu,
Sukarjo Wiropranoto mempertanyakan kekuatan mobilisasi itu, juga
jika seandainya diadakan akan berada di bawah bendera pihak mana,
Belanda atau Indonesia yang merdeka. Pernyataan dan pandangan
468
dari Fraksi Nasional yang disampaikan di Kongres Parindra, khususnya
dari segi keamanan, dipandang oleh sejumlah pejabat pemerintah
sebagai sikap yang tidak loyal, tetapi juga dihubungkan dengan sikap
pro terhadap Jepang yang di pupuk oleh pimpinan Parindra.
Dalam sidang dewan pada 11 Juli 1939 yang diketuai Jonkman,
Pada masa-masa Thamrin memberikan pidatonya sebagai berikut:
itulah, kaum “Pemerintah Indonesia semenjak dahoeloe
elite Indonesia kala sehingga sekarang ta’ pernah memperhatikan
menginginkan kehendaknya atau memperhatikan perasaan
anak negeri jang asli, malah atoeran-atoerannja
keterlibatan secara memperboeatkan kegandjilan terhadap anak negeri
wajar dalam dan mempertahankan kerendahan darajatnya
menghadapi terhadap lain bangsa di negeri ini.” 469
perkembangan.
465 Handelingen Volksraad 1937-1938, hlm. 1728-1730
466 Handelingen Volksraad 1936-1937, hlm. 1273
467 Lihat Handelingen Volksraad 1939-1940
468 Handelingen Volksraad 1936-1937, hlm. 908-910
469 Handelingen Volksraad 1939-1940, hlm. 51.
215
A BUKU SATU DPR 100 BAB 03 CETAK.indd 215 11/18/19 4:50 AM