Page 175 - BUKU TIGA - WAJAH BARU PARLEMEN INDONESIA 1959-1966
P. 175

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                 BERPARLEMEN



                                                  petunjuk-petunjuk Presiden yang diberikan dalam Amanat-pelantikan.
                                                  Dengan demikian, peraturan Tata-tertib DPR-GR ke-I (Peraturan
                                                  Presiden No. 14 tahun 1960), bahkan juga yang ke-l (Peraturan
                                                  Presiden No. 28 tahun 1960), masih memberikan kemungkinan bagi
                                                  DPR-GR untuk mengadakan pembicaraan dalam rapat-rapat pleno
                                                  secara leluasa (tanpa batasan jumlah pembicara dengan kesempatan
                                                  pula untuk mengajukan Usul-usul amandemen). Akan tetapi, dalam
                                                  praktiknya, hal itu tidak terjadi. Pada waktu itu, atas kebijaksanaan
                                                  Pd Ketua H. Zainul Arifin dan Menteri Penghubung DPR-MPR Ds.
                                                  W.J. Rumambi, yang kemudian disetujui pula oleh Pimpinan Golongan
                                                  dan Panitia Musjawarah DPR-GR maupun Pemerintah, Rancangan
                                                  Undang-undang atau pokok-pokok pembicaraan lain yang dihadapi
                                                  oleh DPR-GR ditempuh dengan prosedur sabagai berikut.
                                                       Pertama, diadakan pemeriksaan pendahuluan oleh lima
                                                  golongan, kemudian dilangsungkan pemeriksaan persiapan oleh rapat
                                                  komisi yang bersangkutan atau gabungan segenap komisi bersama-
                                                  sama dengan menteri yang bersangkutan secara musyawarah untuk
                                                  mendapatkan kata mufakat. Dengan tercapainya kata mufakat dalam
                                                  rapat komisi-komisi atau gabungan segenap komisi, dalam rapat Pleno
                                                  DPR-GR tidak perlu lagi diadakan pembicaraan panjang lebar dari
                                                  kepada wakil-wakil lima golongan-golongan, yaitu setiap golongan
                                                  seorang, diberi kesempatan untuk ”mengucapkan kata-kata terakhir”

                               Dengan             sebagai kata persetujuan. 206
                                                       Prosedur pembicaraan sebagaimana yang telah diuraikan, yang
                    tercapainya kata              berlaku bagi pembicaraan Rancangan Undang-undang atau pokok-

              mufakat dalam rapat                 pokok pembicaraan lain, misalnya Usul Pernjataan Pendapat, mulai
                komisi-komisi atau                dilaksanakan oleh DPR-GR pada bulan Agustus 1960, sebulan sesudah

                gabungan segenap                  terbentuknya DPR-GR., dan dilaksanakan terus sejak itu dengan sedikit
                                                  perubahan, khususnya dalam hal pembicaraan Rancangan Undang-
                komisi, dalam rapat               Undang, yaitu:

               Pleno DPR-GR tidak                      a.  sebelum diadakan pemeriksaan-pendahuluan oleh 5
                 perlu lagi diadakan                      Golongan dikalangannja sendiri lebih dahulu Menteri yang

            pembicaraan panjang                           bersangkutan (dalam hal pembicaraan Rantyangan Undang-
                                                          undang dari Pemerintah) memberikan pendjelasan tambahan
                   lebar dari kepada                      dalam rapat Gabungan Segenap Komisi, yaitu sematjam rapat

                    wakil-wakil lima                      pleno tertutup DPR-GR, yang kemudian didjadikan Rapat
               golongan-golongan                          Gabungan Golongan-golongan.



                                                  206  ibid




                                     dpr.go.id   170
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180