Page 28 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 28

P E N D A H U LU A N



                                                         Di samping itu, untuk dapat melaksanakan wewenang dan
                                                   tugasnya tersebut, DPR mempunyai:
                                                            a.  hak meminta keterangan kepada Presiden;
                                                            b.  hak untuk mengadakan perubahan atas Rancangan
                                                               Undang undang;
                                                            c.  hak mengajukan pernyataan pendapat;
                                                            d.  hak mengajukan/menganjurkan seseorang jika ditentukan
                                                               oleh suatu peraturan perundang undangan; dan
                                                            e.  hak mengajukan Rancangan Undang undang Usul Inisiatif.


                                                         Di luar hak hak yang dimilikinya tersebut, anggota DPR juga masih
                                                   mempunyai sejumlah hak, yakni
                                                            a.   hak mengajukan pertanyaan; dan
                                                            b.  hak protokoler dan hak keuangan/administratif.


                                                         Sementara itu, dalam pengambilan  keputusan,  hubungan
                                                   yang bersifat gotong royong dan musyawarah ketika masa Sukarno
                                                   memproklamirkan demokrasi diubah dengan proses pembuatan
                Kekuasaan Presiden                 keputusan  di bawah demokrasi Pancasila melalui konsensus. Apabila
                    sebagai eksekutif              konsensus tidak tercapai, Orde Baru mengenalkan jalan aklamasi atau
                 sebenarnya berada                 berdasar suara terbanyak (mencapai musyawarah untuk mencapai
                 di atas DPR  selaku               konsensus bersama jika tidak tercapai kesepakatan  dilakukan
                       legislatif  yang            pemungutan suara terbanyak).  28   Akan tetapi, aturan main dalam
                     memungkinkan                  praktik ini tercoreng dengan struktur bangunan politik yang dibentuk
                               Presiden            Soeharto tersebut.

                         menjalankan                     Struktur bangunan yang dibangun melalui tiga pilar kekuasaan
                                  praktik          menempatkan Presiden sebagai mandataris MPR, Panglima Tinggi
                    presidensialisme               ABRI, dan Ketua Dewan Pembina Partai membuat kekuasaan Presiden
                             otoritarian           tersentralistis dengan pengontrolan yang bersifat birokratis  dan
                                                   militeristis. Kekuasaan  Presiden sebagai eksekutif sebenarnya
                                                   berada di atas DPR  selaku  legislatif  yang  memungkinkan  Presiden
                                                   menjalankan  praktik presidensialisme otoritarian atau bisa dikatakan
                                                   dengan istilah hyperpresident.
                                                         Di sini dapat terlihat bahwa praktik presidensialisme ala Orde
                                                   Baru menempatkan kekuasaan Presiden secara sentralistis, bahkan
                                                   dapat dikatakan kedudukan eksekutif sebenarnya lebih tinggi dari
                                                   legislatif. Justifikasi dwifungsi ABRI sebenarnya merupakan bagian



                                                   28   Nawaz B. Mody, Indonesia Under Soeharto…Op. Cit., hlm. 172-173; dan Ibid., hlm. 49.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   19
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab I.indd   19                                                                                            11/21/19   17:50
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33