Page 63 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 63

SEJ AR AH D AN PER ANAN DPR-GR 1967 - 19 71



                                                   melejit dimana dia kemudia menjadi ketua Fraksi Masyumi di DPRDS
                                                   Surabaya pada tahun 1952. Disamping itu dia juga bekerja pada Kantor
                                                   Pengadilan Agama Surabaya dan berhasil menjabat sebagai wakil kepala
                                                   kantor.
                                                           Karir politiknya dikancah nasional dimulai pada tahun
                                                   1955 dimana dia diangkat menjadi angora DPR-RI dari fraksi NU.
                                                   Keberhasilan menjadi angora DPR pusat tidak terlepas dari hasil yang
                                                   memuaskan yang dicapai oleh NU ketika menjadi salah satu partai yang
                                                   memenangkan kursi terbanyak pada Pemilihan Umum (PEMILU) pada
                                                   tahun 1955. PEMILU ini merupakan kontestasi politik pertama antar
                                                   partai di Indonesia yang memperebutkan kursi di Parlemen (DPR) dan
                                                   lembaga baru yang ditugaskan untuk membuat undang-undang baru,
                                                   yaitu konstituante. Pada perhelatan PEMILU ini muncul 4 partai besar
                                                   yang menjadi peraih kursi parlemen terbanyak yaitu: PNI, MASYUMI,
                                                   NU, dan PKI. NU berhasil memperoleh kursi di DPR sebanyak 45 kursi
                                                   dari total pemilih NU sebanyak hampir 7 juta pemilih. Ini merupakan
                                                   prestasi yang cemerlang untuk faksi Islam, apalagi ditambah dengan
                                                   faksi Masyumi yang sebenarnya perolehan kursi di DPR sama dengan
                                                   PNI yaitu masing-masing mendapatkan 57 kursi. 56
                                                           Karir politiknya di kancah nasional juga terbilang cukup
                                                   baik dan diawali ketika terpilih menjadi anggota parlemen diatas.
                                                   Jalannya menduduki jabatan ketua DPR dimulai sebelumnya tatkala
                                                   dia ditunjuk sebagai Ketua Fraksi NU di dalam tubuh DPR-RI antara
                                                   tahun 1958-1960. Pada tahap ini dia cukup banyak menyuarakan suara
                                                   dari golongan atau faksi Islam terutama dari NU. Selain itu dia juga
                                                   mengkritik lambannya kerja konstituante yang hingga berakhirnya
                                                   masa Demokrasi Parlementer tidak berhasil merumuskan sebuah
                                                   Undang-undang yang baru.
                                                           Hal inilah yang kemudian memancing Presiden Soekarno untuk
                       Karir politiknya            mengenluarkan seuah konsepsi dimana beliau menganggap adanya
                   dikancah nasional               ketidakberesan dalam sistem politik di Indonesia, oleh sebabnya
                 dimulai pada tahun                Presiden merasa Indonesia harus segera diselamatnya. Konsepsi
                     1955 dimana dia               politiknya sendiri yang terkenal dengan Dekrit Presiden tanggal 5

                   diangkat menjadi                Juli 1959 sebenarnya berisi mengenai pengembalian pemakaian UUD
                 angora DPR-RI dari                1945 sebagai UUD menggantikan UUDS 1950 yang hingga saat dekrit
                               fraksi NU           tersebut dibacakan, lembaga yang berwenang membuat undang-
                                                   undang baru yaitu Konstituante gagal merumuskan sebuah undang-
                                                   undang baru. Namun dalam konsepsi ini muncul sebuah pemikiran

                                                   56   Ricklefs. Op.Cit. Hal: 495-496.




                           SEJARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT   55
                             REPUBLIK INDONESIA 1918 – 2018




         Bab II.indd   55                                                                                           11/21/19   20:56
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68