Page 64 - BUKU EMPAT - DPR RI MASA ORDE BARU: MENGUATNYA PERAN NEGARA 1967-1997
P. 64

SEABAD RAKYAT INDONESIA
                  BERPARLEMEN




                                                   bahwa presiden bisa melakukan bongkar-pasang susunan DPR
                                                   serta MPRS sesuai keinginannya, bukan berasal dari PEMILU. Tetapi
                                                   esensinya apa yang dilakukan oleh Presiden Soekarno ini mendapat
                                                   dukungan yang luas terutama dari ABRI dan rakyat. Hanya saja memang
                                                   apa yang dilakukan oleh Presiden Soekarno ini adalah sebuah tindakan
                                                   yang inskonstitusional terutama ketika dia merubah susunan DPR hasil
                                                   PEMILU 4 tahun sebelumnya.  57
                                                           Pada masa ini hubungan pemerintah dengan NU mulai tegang,
                                                   dimana presiden telah dianggap telah melebihi kewenangannya
                                                   dalam memerintah di Indonesia. Selain itu selama periode Demokrasi
                                                   Terpimpin ini pula, hampir seluruh partai termasuk NU sulit untuk
                                                   menyuarakan pendapatnya kepada presiden. Disamping pada masa ini
                                                   memunculkan juga prediksi yang kurang baik mengenai nasib partai-
                                                   partai yang tidak sejalan dengan pemerintah, hal ini didasarkan pada
                                                   pelarangan dan dibubarkannya Masyumi oleh presiden karena dianggap
                                                   terlibat pada pemberontakan melawan pemerintah di daerah. Padahal
                                                   beberapa tahun sebelumnya jumlah kursi mereka itu sama di DPR
                                                   dengan partar yang berafiliasi ke pemerintah, bahkan jika ditambahkan

                             Pada masa             faksi NU, faksi Islam sebenarnya bisa menguasai parlemen. Setidaknya
                          ini hubungan             ada tiga hal yang membuat kemudia mengapa NU kurang bisa
                 pemerintah dengan                 bersinergi dengan pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang dipimpin
                    NU mulai tegang,               oleh Presiden Soekarno, yaitu: pertama, berakhirnya kekuasaan DPR
                     dimana presiden               yang sah sesuai dengan PEMILU yang dipilih oleh rakyat. Kedua, nasib
                                                   buruk yang menimpa Masyumi karena resistensinya di daerah dalam
                        telah dianggap             melawan pemerintah yang dianggap sebagai bentuk pembangkangan
                        telah melebihi             oleh pemerintah. Hal ini berdampak buruk pada partai serta elit-

                     kewenangannya                 elit politiknya. Ketiga, luasnya pengaruh dari PKI yang sebenarnya
                  dalam memerintah                 disebabkan oleh keterbukaan Presiden terhadap perkembangan partai
                          di Indonesia.            ini. Sebab yang terakhir ini yang sepertinya sangat sulit untuk diterima
                                                   oleh NU, dimana antara kedua partai dari tingkat elit dan grassroot
                                                   seringkali terlibat hal-hal berbau konflik. 58
                                                           Selama demokrasi terpimpin, PKI memang menjadi momok
                                                   yang nyata bagi partai-partai Islam, hal ini tentu didasari karena
                                                   kedekatan partai ini dengan pemerintah sehingga lebih bisa diterima
                                                   dan dirangkul oleh pemerintah saat itu. Presiden Soekarno sendiri
                                                   sebenarnya punya pemikiran untuk mempersatukan beberapa
                                                   golongan besar di kancah perpolitikan Indonesia dengan mengeluarkan

                                                   57   Vickers, Op.Cit. Hal: 220-221.
                                                   58   Greg Barton dan Greg Fealy (ed). 2010. Tradisionalisme Radikal Persinggungan NU-Negara.
                                                      Yogyakarta: LKIS. Hal: 50-53.




                                       dpr.go.id   56





         Bab II.indd   56                                                                                           11/21/19   20:56
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69