Page 80 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 80

DARI VOLKSRAAD
                                                                                      KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (1917-1949)





                  Surat kabar harian Pandji Rakjat memberitakan mengenai penerimaan
                  sidang KNIP terhadap Perjanjian Linggarjati secara padat dan jelas, se-
                  bagai berikut:


                           Pada hari terachir sidang pleno KNIP di
                           Malang  tanggal  5  Maret  1947,  semoea
                           partai
                                                                         Apabila dilihat dari

                           (kecuali  Masyumi  dan  PNI)  menetap-        kacamata para
                           kan  mosi  berisi  pernyataan  percaya
                           dan  mufakat  terhadap  sikap  pemerin-       perwakilan di meja
                           tah, termasoek dalam hal peroendingan         perundingan, Agresi
                           dengan  pihak  Belanda  (terkait  naskah
                           Perjanjian Linggarjati).”                     Militer Belanda I
                                                                         adalah satu dari


                  Namun,  dalam  perkembangannya,  Agresi  Mili-         banyak konsekuensi
                  ter Belanda I yang dilancarkan pada 21 Juli 1947       dari penolakan
                  membuat pemerintah RI membatalkan ratifikasi
                  Perjanjian Linggarjati. Sejak saat itu, dalam situ-    Pemerintah Indonesia
                  asi yang semakin tidak menentu di masa revolu-         atas aide-memoire
                  si, Sidang Pleno KNIP juga tidak bisa lagi diada-
                  kan hingga 1949 di Yogyakarta.                         (nota diplomatik)
                                                                         yang diajukan oleh Lt.

                  Agresi  Militer  Belanda  I  (atau  “aksi  polisionil”   Gubernur Jenderal H.J.
                  menurut  sumber  Belanda)  ke  daerah-daerah
                  Republik Indonesia di Jawa dan Sumatera. Se-           van Mook pada Mei 1947.
                  rangan  ini  didukung  oleh  tentara  Belanda  de-
                  ngan  alat-alat  persenjataan  modern,  serta  pi-
                  hak  Indonesia  yang  pro  terhadap  kembalinya
                  Belanda  ke  Tanah  Air,  karena  sebagian  dari
                  mereka  adalah  lulusan  Koninklijk  Nederlan-
                  dsch-Indische  Leger  (KNIL)  atau  Tentara  Kerajaan  Hindia-Belanda.
                  Walaupun  begitu,  perlawanan  rakyat  Indonesia  terhadap  serangan
                  Belanda begitu gigih di berbagai front pertempuran.


                  Apabila  dilihat  dari  kacamata  para  perwakilan  di  meja  perundingan,
                  Agresi Militer Belanda I adalah satu dari banyak konsekuensi dari pe-
                  nolakan  Pemerintah  Indonesia  atas  aide-memoire  (nota  diplomatik)
                  yang diajukan oleh Lt. Gubernur Jenderal H.J. van Mook pada Mei 1947.
                  Isi dari aide-memoire ini adalah:






                    dpr.go.id                                                                               73
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85