Page 81 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 81

SEABAD RAKYAT INDONESIA
           BERPARLEMEN





                                        1.  Sebelum terbentuknya RIS, Belandalah yang berkuasa atas selu-
                                          ruh daerah Hindia-Belanda, dan karena itu RI harus menghentikan
                                          segala hubungannya dengan luar negeri;

                                        2. Untuk keperluan keamanan dan ketertiban, pihak Belanda meng-
                                          hendaki diadakannya pasukan keamanan bersama dalam wilayah
                                          RI,  termasuk  daerah-daerah  republik  yang  memerlukan  bantuan
                                          Belanda;

                                        3. Belanda menghendaki adanya dan dipertahankannya suatu ikat-
                                          an kenegaraan (Staatsverbond) yang abadi antara Nederland dan
                                          Indonesia. Indonesia akan tetap berbentuk federasi;

                                        4. Antara Republik Indonesia dan Belanda dibentuk pemerintahan ad
                                          interim bersama;

                                        5. Mengeluarkan  uang  bersama  Belanda  dan  mendirikan  lembaga
                                          devisa bersama;
                                        6. Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di dae-
                                          rah-daerah yang diduduki Belanda;

                                        7.  Menyelenggarakan pemilikan bersama atas impor dan ekspor.


                                      Bagi  pihak  Indonesia,  permintaan  Belanda  ini  tidak  dapat  diterima.
                                      Sebab,  berdasarkan  aide-memoire  ini,  Indonesia  seolah  “diminta”
                                      masuk secara sukarela kembali dalam naungan Pemerintah Kolonial
                                      Hindia-Belanda. Bahkan, poin ketiga aide-memoire ini sudah menya-
                                      lahi pokok persetujuan dalam Perjanjian Linggarjati, yang baru dirati-
                                      fikasi oleh KNIP pada 5 Maret 1947. Dalam Perjanjian Linggarjati, Uni
                                      Indonesia-Belanda yang akan dibentuk dapat memberikan hak kepada
                                      RI untuk memiliki kepala negara sendiri. Uni Indonesia-Belanda akan
                                      dikepalai oleh Raja/Ratu Belanda, yang bertindak sebagai “supervisor/
                                      pengawas”.


                                      Untuk menghindari perang dengan Belanda, PM Syahrir mengajukan
                                      konsesi  kepada  Belanda,  yaitu  pengakuan  kedaulatan  Belanda  atas
                                      Indonesia  selama  masa  peralihan,  suatu  hal  yang  sesungguhnya  di-
                                      kecam oleh partai-partai dan juga BP KNIP. Kabinet Syahrir akhirnya
                                      jatuh pada 26 Juni 1947 karena tekanan yang luar biasa terkait dengan
                                      konsesinya  kepada  Belanda.  Kabinet  Amir  Syarifuddin  (Fraksi  PKI),
                                      yang menggantikan Kabinet Syahrir, juga kesulitan dalam menjawab
                                      aide-memoire Belanda itu.







           74
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86