Page 82 - BUKU SEABAD RAKYAT INDONESIA BERPARLEMEN
P. 82
DARI VOLKSRAAD
KE KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT (1917-1949)
Untuk itu, BP KNIP kemudian mengadakan Sidang Tertutup bersama Suasana Penghitungan suara
PM Amir Syarifuddin pada 10 dan 11 Juli 1947. Sidang BP KNIP ber- untuk memilih Ketua KNIP, 1947.
pendirian bahwa persoalan keamanan RI merupakan tanggung jawab (sumber : ANRI-IPPHOS, No. 446
Februari-Maret 1947)
pemerintah RI, dan karena itu BP KNIP menolak pengawasan kea-
manan bersama Belanda. Sidang BP KNIP bersama dengan PM Amir
Syarifuddin mencapai kesepahaman untuk memberikan konsesi-kon-
sesi lain kepada Belanda yang tidak terlalu merugikan Indonesia.
Namun itu ditolak Belanda, yang tetap menginginkan aide-memoire-
nya dikabulkan sepenuhnya. Akibat tidak disetujuinya permintaan
Belanda oleh RI, pada 21 Juli, Belanda melancarkan serangan.
BP KNIP segera merespons Agresi Militer Belanda I dengan
mengadakan rapat kilat di Yogyakarta. Hasil dari rapat ini adalah para
ketua, pimpinan fraksi, dan golongan dari BP KNIP tetap berada di
Yogyakarta untuk “selalu siap bersidang”. Upaya menarik simpati rakyat
Belanda dilakukan oleh Wakil Ketua I BP KNIP, Iskandar Tejasukmana.
Ia menyampaikan pidato melalui radio kepada rakyat Belanda agar
memprotes keputusan pemerintahnya yang melakukan penyerangan
bersenjata terhadap RI.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak RI, termasuk dalam hal
ini kecaman BP KNIP, mendapat dukungan dari dunia internasional.
dpr.go.id 75