Page 262 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 262

254    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



                   Berdasarkan permasahan di atas maka tujuan penulisan ini adalah untuk menggam-
             barkan dan mengalisa terhadap kekuatan hukum terhadap pemilikan satuan rumah susun
             terhadap tanah bersama yang sudah berakhir jangka waktu hak atas tanahnya.


             D. Hasil Pembahasan
                   Pemilik  atas  satuan  rumah  susun  di  Indonesia  telah  diatur  dalam  Undang-undang
             Rumah Susun baik yag terdahulu UU No. 16 Tahun 1985 maupun Undang-undang  No. 20

             Tahun 2011 yang digunakan sebagai landasan hukum bagi pembangunan rumah susun meng-
             gunakan  sistem  Condominum,  merupakan  pemilikan  bangunan  yang  terdiri  atas  bagian-
             bagian yang masing-masing merupakan suatu kesatuan yang dapat digunakan dan dihuni
             secara terpisah serta dimiliki secara individual berikut bagian-bagian lain dari bangunan itu

             dan  tanah  diatas  mana  bangunan  itu  berdiri  yang  karena  fungsinya  digunakan  bersama,
             dimiliki secara bersama-sama oleh pemilik bagian yang dimiliki secara individual tersebut.
                  Menurut Boedi Harsono bahwa dikeluarkan Undang-undang Rumah Susun Nomor 16
             Tahun  1985,  dimungkinkan  pemilikan  bagian-bagian  gedung  yang  dimaksudkan  secara

             individual dalam bentuk Hak Milik Satuan Rumah Susun (HMSRS), sedangkan bagian-bagian
             lainnya yang dimiliki bersama, demikian pula tanahnya menjadi milik bersama tidak terpi-
             sahkan dari semua pemilik Satuan Rumah Susun yang masing-masing merupakan bagian
                                                                                         6
             tidak terpisahkan dari pemilikan Satuan Rumah Susun yang bersangkutan.  Hak Milik atas
             Satuan Rumah  Susun berpangkal dari Asas Pemisahan Horizontal (Horizontale Scheiding)
             yang merupakan asas dari Hukum Adat berdasarkan Pasal 5 Undang-undang Pokok Agraria
             yang menyatakan bahwa penguasaan dan pemilikan tanah tidak meliputi penguasaan dan

             pemilikan benda-benda diatas tanah (bangunan, tanaman, benda bernilai ekonomis lain-
                   7
             nya).  Jadi  pemilik  tanah,  tidak  otomatis  menjadi  pemilik  benda-benda  yang  terdapat
             diatasnya, oleh karena itu jika di dalam suatu jual beli atas sebidang tanah juga dimaksudkan
             meliputi benda-benda yang ada di atas tanah (misalnya bangunan dan tanah), maka hal itu

             harus dinyatakan secara tegas didalam akta jual beli dimaksud.
                  Konsep  dasar  melandasi  Hak  Milik  atas  Satuan  Rumah  Susun  berpangkal  dari  teori
             tentang  kepemilikan  atas  suatu  benda,  bahwa  benda  atau  bangunan  dapat  dimiliki  oleh

                                                                                                      8
             seseorang, dua orang atau bahkan lebih, yang dikenal dengan istilah pemilikan bersama.  Di
             dalam rumah susun terdapat dua jenis hak kepemilikan yaitu kepemilikan bersama dengan
                                               9
             kepemilikan perseorangan, yaitu:





                6   Boedi  Harsono,  Hukum  Agraria,  sejarah  Pembentukan  undang-undang  Pokok  Agraria,  Isi  dan
             Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional, (Jakarta: Djamabatan, 1994), h. 273.
                7  Olaon  Sitorus  dan  Zaki  Sierat,  Hukum  Agraria  di  Indonesia  Konsep  Dasar  dan  Implementasinya,
             (Jogyakarta: MKTI, 2006), h. 69.
                8  Erwin Kallo, Panduan Hukum untuk Pemilik/Penghuni Rumah Susun, (Jakarta, 2009), h. 56.
                9  Ibid, h. 57.
   257   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267