Page 264 - Prosiding Seminar Nasional: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya. Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional bekerja sama dengan Pusat Studi Hukum Agraria
P. 264

256    Prosiding Seminar: Problematika Pertanahan dan Strategi Penyelesaiannya



                  Hubungan antara satuan-satuan rumah susun dengan benda bersama, bagian bersama
             dan tanah bersama di dasarkan pada Nilai Perbandingan Proporsinal (NPP), yang          dapat
             dihitungkan pada saat pertama kali memperhitungkan biaya pembangunan secara keselu-
             ruhan  untuk  menentukan  harga  jualnya,  merupakan  angka  yang  menunjukkan  seberapa

             besarnya hak dan kewajiban dari pemegang hak milik atas satuan rumah susun terhadap hak-
             hak bersama.
                                                                            10
                  Pembangunan rumah susun dapat dibangun di atas tanah:
                 a. Hak Milik  diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a, 20 s/d 27, 50 ayat (1), 56 UUPA .Hak
                   Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
                   tanah dengan memperhatikan fungsi sosial tanah. Turun temurun artinya Hak Milik
                   atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya

                   meninggal dunia, maka Hak Miliknya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang
                   memenuhi syarat sebagai subyek Hak Milik. Terkuat artinya Hak Milik atas tanah lebih
                   kuat dibandingkan hak atas tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu,
                   mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain, dan tidak mudah hapus.

                b.  Hak Guna Bangunan
                   Hak Guna Bangunan (HGB) disebutkan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c, 35 s/d 40, 50
                   ayat (2) UUPA dan Pasal 19 s/d 38 PP No. 40/1996). Pengertian HGB adalah hak untuk

                   mendirikan  dan  mempunyai  bangunan  yang  bukan  miliknya  sendiri  dengan  jangka
                   waktu tertentu. Jangka waktu HGB berbeda sesuai dengan asal tanahnya, sbb:
                   1)  HGB atas tanah negara dan tanah Hak Pengelolaan berjangka waktu untuk pertama
                      kali paling lama 30 tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20

                      tahun, dan dapat diperbarui untuk jangka waktu paling lama 30 tahun.
                   2) HGB atas tanah Hak Milik berjangka waktu paling lama 30 tahun, tidak ada perpan-
                      jangan  waktu.  Namun, atas  kesepakatan  antara  pemilik  tanah  dengan pemegang
                      HGB dapat diperbarui dengan pemberian HGB baru dengan akta yang dibuat oleh

                      PPAT dan wajib didaftarkan pada kantor BPN setempat.
                 c.   Hak Pakai atas Tanah Negara atau Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan
                     Hak Pakai (HP) diatur dalam Pasal 16 ayat 9) huruf d, 41 s/d 43, 50 ayat (2) UUPA dan

                     Pasal 39 s/d 58 PP No. 40/1996. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau
                     memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh negara atau tanah milik orang lain yang
                     memberi  wewenang  dan  kewajiban  yang  ditentukan  dalam  keputusan  pemberian
                     haknya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-

                     menyewa atau perjanjian pengolahan tanah (Pasal 41 (1) UUPA).
                     Asal atau obyek Hak Pakai (Pasal 41 (1) PP No. 40/1996) terdiri dari:
                     1)  Tanah Negara.

                     2) Tanah Hak Pengelolaan.

                10  Pasal 17-18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011
   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269