Page 124 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 124

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               sangat berkuasa melalui pemerintah pusat mengoperasikan pada tingkat
               propinsi. Wewenang bertambah karena kemajuan dalam teknologi dan
               infrastruktur transportasi mencapai ruang yang membuat praktek kehu-
               tanan lebih mudah daripada zaman Belanda.

                   Proses pembatasan jenis khusus pada tanah hutan untuk penduduk
               setempat dan hak pemilikan atas tanah hutan oleh negara adalah praktek
               perluasan teritori.  Di tambah pula “sumber daya atau kontrol terhadap
               pertmbuhan jenis tanaman”, adalah proses monopili pemerintah dan
               penarikan pajak untuk jenis tanaman khusus. Penarikan pajak dan
               penghitungan satu per satu pohon-pohon damar adalah praktek produk
               hutan mulai bergantung pada distribusi pasar. Produk hutan ditata
               secara ilmiah oleh negara agar dapat berproduksi secara aktif dan bergan-
               tung pada pasar (Wood 1999: 83, Scott 1998: 136). Pada abad 19 hutan-
               hutan di Asia Tenggara masuk dalam perbincangan rezim untuk peng-
               hasil fiscal negara. Hasil dari perbincangan itu dilanjutkan dengan cara-
               cara mengeluarkan orang-orang setempat dari bentangan hutan.

                   Oleh karena bentangan alam orang Katu dibingkai oleh negara
               sebagai bentangan hutan milik negara, maka perbicangan hutan negara
               dikaitkan secara khusus dengan pengalaman petani-petani Katu. Sejarah
               orang-orang Katu telah dibubuhkan dengan periode kekerasan dan
               pergolakan. Selama 1950-an dan 60-an terjadi dua peritiwa besar yang
               berpengaruh pada orang-orang Katu. Pertama, pasukan Darul Islam
               menyapu Sulawesi Tengah dari bagian selatan. Kemudian, pada 1957
               pasukan pemberontak Permesta turun dari bagian utara. Masing-masing
               memaksakan agama dan bentuk alternatif pemerintah. Tentara Indone-
               sia membersihkan komunitas-komunitas yang tinggal di bukit-bukit
               pada waktu mencegah pasukan Darul Islam dari tempat persembunyian
               (Harvey 1989: 362; Acciaoli 2000). Periode itu telah telah membawa petani-
               petani Katu untuk hidup sebagai pengungsi di Bangkeluho, sebuah tem-
               pat di lembah Besoa. Tahun 1959 mereka kembali ke Katu (De Andrea
               2003: 232).

                   Sejak 1967, di bawah regim orde baru, Soeharto, pemaksaan ekonomi
               membawa orang-orang Katu dalam penguasaan baru. Kriminalisasi

                                                                         115
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129