Page 127 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 127

Hilmar Farid, dkk.
            Tentunya jawaban itu memerlukan kanvas yang lebih luas dan mengan-
            dung penjelasan sejarah sosial Minahasa. Kemungkinan besar kopra-
            kontrakten merupakan praktek-praktek pertukaran produksi tanaman
            pada masa tanam paksa kopi yang kemudian disempurnakan pada
            penanaman kelapa. Tetapi pada tahap awal penanaman kelapa dan
            penjualan kopra pihak negara kolonial tidak ikut campur-tangan. Semen-
            tara itu, untuk penanaman kopi pemerintah melakukan monopoli untuk
            produksi dan perdagangannya. Perlu digambarkan ringkas latarbelakang
            sosial masyarakat Minahasa, termasuk kekhususan dalam penguasaan
            tanah saat mereka bergabung dalam praktek kontrak-kopra.

                Sekitar akhir abad  19  missi  Kristen,  Nederlandsch Zending
            Genootschapp (NZG) masuk  ke Minahasa. Missi NZG  selain
            mengembangkan puritanisme, juga memantapkan kebudayaan mate-
            riel yang mengedepankan pentingnya perawatan kesehatan, kebersihan,
            perumahan yang baik, sanitasi, pakaian yang lebih bagus dan makanan
            yang baik. Kondisi materiel semacam ini menjadi simbol dan status dari
            bagian masyarakat yang mampu di Minahasa (Lerissa 1996). Integrasi
            Minahasa dengan pasar dunia melalui perdagangan kopra menghadirkan
            permintaan komoditi dari Belanda seperti tekstil. Komoditi dari Eropa
            banyak diminta oleh masyarakat Minahasa yang nanti dalam tulisan ini
            akan digambarkan. Juga, orang yang tinggal di Minahasa sejak abad 18
            tidak hanya orang pribumi, tetapi ada Indo-Eropa, Indo-Cina dan Jawa.
            Semua beragama Kristen dan pengajaran-pengajaran di gereja dan
            sekolah diajarkan oleh guru dari Belanda. Di tambah pula orang-orang
            tua Minahasa pada dekade abad 20 mengekspresikan bahwa Minahasa
            sebagai provinsi ke 12 dari Belanda (Henley 1996: 98).

                Sebelum penanaman kelapa, petani-petani Minahasa menanam
            padi. Pada abad ke 17, tanaman padi mereka menjadi rebutan antara VOC
            dan Spanyol. Kemudian, Spanyol berhasil diusir dari Minahasa dengan
            bantuan Belanda tahun 1660 dan MInahasa menjadi sekutu dan bukan
            bawahan Belanda. Kekuasaan kolonial Belanda mengakui hukum adat
            orang-orang Minahasa dengan mengabsahkan walak atau kelompok-
            kelompok tradisional berdasarkan keluarga sebagai penguasa tanah.
            Setiap anggota walak bebas untuk menggarap tanah, tetapi jika anggota
            118
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132