Page 125 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 125

Hilmar Farid, dkk.
            negara terhadap praktek nafkah hidup orang Katu terhadap hutan. Dari
            1970-an ke atas, ketika usaha-usaha transmigrasi mulai, petani-petani
            Katu dicap oleh pejabat pemerintah sebagai terbelakang, keras kepala,
            dan subversi anti pembangunan. Istilah terasing, terbelakang menjadi
            sinonim dengan komunitas primitive dipandang oleh negara sebagai
            dibutuhkan pembangunan untuk orang Katu. Orang-orang Katu meno-
            lak terhadap seluruh masalah yang dilontarkan negara dan seluruh masa-
            lah itu mereka lalui sejak 1970-an, ketika areal hutan pertama-tama
            diusulkan sebagai cadangan alam. Polisi hutan secara terus-menerus me-
            nangkap mereka dan melarang mereka untuk mencari nafkah di tanah
            yang dipertimbangan sebagai “hutan”. Pejabat-pejabat pemerintah
            berulang kali berusaha memindahkan tempat tinggal mereka. Juga, mem-
            peringati mereka bahwa jika mereka tidak setuju pindah, mereka bisa
            dipaksa dipindahkan tempat tinggal. Regim orde baru telah berlomba
            dengan orang Katu atas bentangan alam hutan tempat mereka mencari
            nafkah dan mereka menyembunyikan muka denga mempergunakan
            konservasi alam. Negara memandang bentangan alam hutan perlu
            “diperbaiki” agar lebih menguntungkan. Di tambah pula upaya negara
            itu mendapat dukungan dari korporasi. Maka penggunaan tanah atas
            adat dan orang umum harus dipindah menjadi pemilikan swasta agar
            menguntungkan.


            Produk Kopra di Minahasa

                Produksi kopra di Minahasa telah lama berhubungan dengan pasar
            dunia. Pendapat umum itu terbukti dengan peristiwa kenaikkan harga
            kopra Minahasa mencapai Rp. 11.000,- per kilogram. Kenaikan harga kopra
            itu disambut dengan gegap gempita oleh petani kopra di Minahasa.
            Melonjaknya harga kopra itu karena pergolakan di Timurtengah dan
            Afrika, akan tetapi lonjakkan harga kopra hanya berlangsung sekitar 2
            minggu dan kembali ke harga standar yakni Rp. 6000,- per kilogram
            (Swara Kita 23 Maret 2011). Dalam sejarah sosial Minahasa, produk kopra
            senantiasa berhubungan dengan pasar dunia. Penghasilan penjualan dari
            produksi kopra dipergunakan petani Minahasa untuk membangun
            rumah dengan beratap ombak aluminium dan memasukkan anak

            116
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130