Page 132 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 132

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               dengan pengeringan melalui pengasapan, tidak seperti daerah lain yang
               menggunakan pengapian kayu. Setelah proses kerja foefoe, kopra biasa-
               nya masih dikeringkan lagi dengan mempergunakan panas sinar mata-
               hari untuk mendapatkan kualitas kopra bermutu.

                   Kontrak-kontrak kopra dilakukan antara petani dengan pedagang
               perantara secara tertulis sederhana. Pedagang perantara biasanya adalah
               orang-orang Cina yang memiliki toko-toko kelontong besar dan mereka
               mempunyai pula gudang-gudang besar bagi penyimpanan kopra. Pihak
               pedagang perantara sebagai pemberi kredit adalah pihak kedua. Ada
               dua jenis pembayaran kredit. Pertama, waktu peminjaman jangka pan-
               jang 5-15 tahun, selama jangka waktu itu mesti mengembalikan kredit
               kepada peminjam setiap kwartal dalam bentuk produk kopra (ditambah
               bunga 6 persen) untuk lamanya kontrak, sedangkan pemberi pinjaman
               hampir senantiasa menyediakan jumlah seluruh uang yang disepakati
               pada waktu penandatangan kontrak. Untuk jenis kontrak ini, pihak
               peminjam diperbolehkan mengerjakan kebun dengan tenaga kerja yang
               disewakan sendiri dan kontrak ini dikenal sebagai sewa kebun (huurtuin).
               (Lerissa 2002: 328). Jenis kontrak ini pula yang banyak memindahkan
               kepemilikan kebun dari pihak petani kelapa ke pedagang perantara.
               Kemudian, jenis kontrak kopra yang kedua adalah lamanya kontrak tidak
               dikhususkan dalam rentang waktu dan tengkulak memberikan jumlah
               uang yang disepakati pada waktu menandatangani kontrak.  Sementara
               itu, pihak petani harus membayar dengan kopra pada setiap panen hing-
               ga uang yang dipinjam berserta bunga dilunaskan. Terdapat ciri yang
               mencolok dalam kontrak kopra dua pihak yakni petani dan pedagang
               perantara terlibat langsung. Namun, pihak ketiga yakni rumah dagang
               (Handelvereeniging) hanya dari kejauhan dan menyediakan uang dari
               harga penjualan kopra yang ditentukan oleh perantara. Pihak tengkulak
               juga yang menyediakan transportasi dari daerah produk-produk kopra
               menuju bandar Manado.
                   Pihak rumah-rumah dagang yang berada pada ujung sistem kontrak
               ini kebanyakan adalah milik Eropa dengan kapasitas perusahaan jauh
               lebih kecil ketimbang perusahaan perantara Cina. Rumah dagang
               terbesar adalah borsumij; Bouvy gebroeders; Corelltje&Co; Dirk&Co;

                                                                        123
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137