Page 177 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 177

Hilmar Farid, dkk.
            Priangan dan Jawa di Abad 19 dan 20:
            Membentuk Pola Hubungan Petani, Negara, dan Kapitalisme

                Kejayaan VOC berlangsung selama hampir 50 tahun. Selanjutnya,
            VOC bangkrut, di antaranya karena kecurangan pembukuan, korupsi,
            pegawai yang lemah, sistem monopoli, sistem serah wajib dan kerja paksa
            yang membawa kemerosotan moral penguasa dan memenderitakan pen-
                                                          29
            duduk, berujung pada pembubarannya di tahun 1799.  Pada abad ini,
            selain pembelahan antara sektor pertanian rakyat, perkebunan dan
            kehutanan menjadi lebih kukuh, pemerintah Hindia Belanda membuat
            satu sektor lagi yang khas Priangan yakni tanah partikelir. Tanah-tanah
            partikelir adalah suatu bidang tanah luas beserta penduduknya, yang
            dijual oleh pemerintah Belanda kepada orang-orang Eropa, yang disertai
            dengan hak untuk membentuk “tata pemerintahan” sendiri. Di paruh
            pertama abad ini, mulai pada tahun 1830, perkebunan mendapat tempat
            utama, dengan diperkenalkannya suatu sistem ekstraksi yang baru, yakni
            tanam paksa, yang kemudian diubah karena akomodasi pemerintah kolo-
            nial terhadap arus liberalisasi investasi. Penerapan agrarische wet, pada
            tahun 1870, membuat Priangan menjadi wilayah kerja dari perkebunan-
            perkebunan yang luas (plantation) di satu pihak, dan di pihak lain mem-
            buat desa-desa di sekitar perkebunan menjadi kantung-kantung tempat
            petani  dan juga buruh kebun bertanah hidup.

                Akhir abad 18, tepatnya pada tahun 1795, ditandai dengan usaha
            pemerintah Belanda mengatasi krisis keuangan VOC. Dikirimlah suatu
            komisi yang diketuai oleh Nederburgh, yang bertugas untuk menemu-
            kan cara agar VOC dapat melunasi defisitnya. Nederburgh pada saat itu
            menuliskan bahwa “Jawa dapat memproduksi kopi dan gula sebanyak
                                                    30
            yang dapat atau ingin dikirim oleh kapal-kapal”.  Meski rekomendasinya
            ini tidak dapat menyelamatkan VOC dari kebangkrutan. Namun, reko-
            mendasi ini dianut oleh pemerintah Hindia Belanda, yang mengambil
            alih kewenangan VOC. Kejatuhan VOC di tahun 1796 itu, disertai dengan


                29  C.B. Boxer, Jan Kompeni: Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602–1799,
            Jakarta: Sinar Harapan, 1983.
                30  Sebagaimana dimuat dalam H.R.C. Wright, Op. Cit,  hal. 6.

            168
   172   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182