Page 204 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 204

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               RT/RW ditugaskan mengawasi gerak-gerik orang dan setiap orang asing
               yang memasuki lingkungan itu 1 x 24 jam lebih, harus melapor. Hansip
               dan siskamling bukan sekadar pengamanan terhadap pencuri, pencoleng
               dan pelaku kriminal lainnya. Akan tetapi, merupakan suatu kontrol pe-
               merintah terhadap kebebasan warga negaranya.

                   Semua tindakan politik ini mengarah pada suatu sentralisasi keku-
               asaan birokrasi pedesaan. Gejala sentralisasi kekuasaan ini, sangat nam-
               pak di suatu desa yang menurut Selomartani,

                   “Badan administrasi desa sekali lagi tergantung pada camat; Mereka lebih
                   bertanggung jawab kepada camat daripada kepada petani.... Dilarangnya
                   partai-partai politik untuk beroperasi di tingkat desa telah menghilangkan
                   payung perlindungan yang bisa dipakai oleh pemerintah.... Pelarangan
                   tersebut juga menghilangkan hak-hak mereka untuk mengorganisir dan
                   secara kolektif memperjuangkan kepentingan-kepentingan mereka dan
                   memperkuat posisi tawar-menawar mereka dengan elit desa lokal.... Men-
                   jawab tentang perubahan-perubahan ini, petani di Selomartani berkata
                   bahwa mereka merasa kehilangan persatuan antara petani dan badan
                   administrasi desa yang masih mereka rasakan 15 tahun yang lalu. Pada
                   waktu itu, kata mereka, lurah (kepala desa) dan pembantunya lebih mem-
                   perhatikan kesejahteraan petani dan menunjukkan rasa hormat. Tapi
                   sekarang ini, kata mereka selanjutnya, perhatian lurah dan para pem-
                   bantunya lebih dipusatkan pada pengumpulan uang pajak dan penge-
                   rahan petani-petani untuk mengikuti berbagai proyek pembangunan yang
                                          79
                   diturunkan pemerintah pusat” .
                   Suatu penelitian yang mendalam tentang kepemimpinan lokal,
               menyimpulkan hal senada:


                   “Kekuatan-kekuatan yang menentang tidak boleh mengorganisir diri dan
                   apa saja yang dapat merupakan organisasi di tingkat desa harus ada di bawah
                   pengawasan LMD. Pengurus LMD sepenuhnya dikuasai oleh lurah, atau
                   lurah dapat mengenyampingkan dengan efektif LMD ini menggunakan
                   alasan bahaya “arena politik” ...Kebijakan mendepolitisasi pedesaan dapat
                   berakibat pamong desa bertindak tanpa kekuatan-kekuatan pengawasan
                   formal di tingkat lokal... Ketiadaan kekuatan lawan yang terorganisasi resmi


                   79  Loekman Soetrisno dalam Husken, Frans dan Benjamin White, loc cit.
                                                                        195
   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208   209