Page 208 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 208

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
               yang merupakan mayoritas penduduk desa. Fakta yang terlihat menya-
               darkan kita bahwa petani pemilik lahan dengan luas lebih dari 0,5 ha
               hanya sekitar 20%, sedangkan sebagian besar masyarakat di desa hanya
               memiliki sedikit tanah (kurang dari 0,25 ha), dan lebih dari itu adalah
               mereka yang tidak punya tanah sama sekali. Dengan struktur pemilikan
               tanah yang tidak seimbang ini tentu semakin jelas bahwa program revo-
               lusi hijau yang menghasilkan swasembada pangan masih belum mampu
               mengangkat nasib petani.
                   Kesimpulannya adalah melalui program revolusi hijau, aparat peme-
               rintahan lokal, dari camat dan unsur-unsur sektoral kecamatan sampai
               kepala desa dan pegawainya, mengendalikan hampir seluruh program
               revolusi hijau (juga program pembangunan pedesaan lainnya, seperti
               pajak, inpres, dan lain-lain). Dari program-program pemerintah ini,
               mereka semakin memperoleh pengetahuan terhadap sentralisasi keku-
               asaan yang dipunyainya, berhadapan dengan penduduk desa secara kese-
               luruhan.


               Politik Agraria di Zaman Reformasi  84

                   Jatuhnya rezim Orde Baru membuka lembaran sejarah baru bagi
               rakyat pedesaan. Zaman baru ini disebut zaman reformasi. Aksi-aksi
               pendudukan dan penggarapan atas tanah-tanah yang diaku bagian dari
               perkebunan dan hutan produksi Perhutani sangat populer di masa
               reformasi, sejak tumbangnya rezim Orde Baru tahun 1998. Di kalangan
               aktivis agraria terkenal istilah reklaiming (asal kata reclaiming), artinya
               mengambil kembali tanah yang dicuri pihak lain. Hal ini dilakukan atas
               tanah-tanah yang pernah menjadi garapan penduduk, tapi akibat praktik


                   84  Untuk perkenalan lebih lanjut bagi pembaca berbahasa Inggris, lihat: Anton Lucas
               and Carol Waren, “Agrarian Reform in Era of Reformasi”, dalam Indonesia in Transition,
               Social Aspects of Reformasi and Crisis, Chris Manning and Peter van Diermen (eds).
               London: Zed Book, 2000; Dianto Bachriadi, “Land for Landless, Why the democrats in
               Jakarta not interested in land reform?”, Inside Indonesia, No. 64/ Oct-Dec 2000;  Anton
               Lucas and Carol Waren, “The State, The People and Their Mediators, The Struggle
               over Agrarian Law Reform in Post New Order Indonesia”, Indonesia, No. 76, October
               2003.
                                                                        199
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213