Page 206 - Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
P. 206

Sejarah/Geografi Agraria Indonesia
                   Pinjaman dan hibah internasional untuk Indonesia disalurkan mela-
               lui suatu kelompok badan donor, yang disebut Inter-Governmental Group
               on Indonesia (IGGI). Sejak 1968, setiap tahun, IGGI telah memberi sejum-
               lah dana yang jauh lebih besar dibandingkan seluruh penerimaan atau
               pengeluaran negara selama tahun-tahun pemerintahan Soekarno. Se-
               dangkan pendapatan dari minyak bumi merupakan hasil lonjakan harga
               minyak per barrel dari US$3 menjadi US$12 dalam tahun 1974, dan selan-
               jutnya meningkat sampai US$36 di tahun 1982. Dari anggaran pem-
               bangunan yang dibuat berdasarkan penerimaan-penerimaan tersebut,
               dijatahkan sekitar 20% untuk pembangunan pertanian. Dari sumber
               inilah dimungkinkan pembangunan pedesaan, baik berupa sarana-sarana
               fisik maupun program pengadaan produksi beras yang luar biasa.
                   Program intensifikasi padi mula-mula lebih dikenal dengan istilah
               bimas gotong-royong. Pemerintah mengontrak sejumlah perusahaan
               multinasional (dengan membayar mereka sebanyak US$50 per hektar)
               untuk jasa menyediakan bahan-bahan yang diperlukan petani, seperti
               pupuk, obat-obatan, penyuluhan dan manajemen serta bibit-bibit ung-
               gul. Para petani dituntut untuk membayar kembali bahan-bahan itu
               dengan menyerahkan seperenam dari hasil panen mereka pada BULOG
               (Badan Urusan Logistik).

                   Tahun 1972-1973 terjadi suatu krisis pengadaan beras, akibat kega-
               galan panen, bersamaan dengan melonjaknya harga beras di pasar dunia.
               Pemerintah mengimpor beras lebih dua kali lipat dari sebelumnya, dari
               0,74 juta ton menjadi 1,66 juta ton di tahun 1973.

                   Untuk selanjutnya, pemerintah menetapkan kebijakan baru yang
                                                                        83
               berintikan subsidi. Unsur-unsur utama dari subsidi tersebut adalah :
               a. Subsidi terhadap harga pupuk. Tahun 1974, perbandingan harga padi
                  dibanding harga pupuk (urea) adalah 1 : 0,6. Setelah ada kebijakan
                  subsidi, di tahun 1982 menjadi 1 : 1,9. Biaya subsidi ini berjumlah
                  US$500 juta setahun, pada tahun 1980-an.
               b. Kredit pertanian, melalui program Bimas dan Inmas. Kredit ini ber-

                   83  Ibid.

                                                                        197
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211