Page 339 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 339
Mochammad Tauchid
akan sangat menguntungkan. Sedang menurut hukum, diang-
gap tidak menyimpang dari adat kebiasaan yang berlaku di
Indonesia tentang hak tanah, dengan adanya kewajiban Rakyat
terhadap Pemerintah (dulu kepada Raja). Atas anggapan bah-
wa tanah yang ada semua itu dulu kepunyaan raja dan kemu-
dian menjadi kepunyaan Hindia Belanda serta kewajiban
Rakyat menyerahkan tenaga, sebagai yang dijalankan dan
didalilkan oleh Raffles, van den Bosch menjalankan Cultuur-
stelsel itu.
Cultuurstelsel dijalankan dengan meminta U!-nya tanah
Rakyat untuk ditanami tanaman yang hasilnya menjadi bahan
ekspor yang sangat dibutuhkan di pasar Eropa. Pertama-tama
nila dan tebu. Tanah itu harus dikerjakan oleh Rakyat “pemi-
liknya” atas dasar kewajiban kerja paksa. Tindakan ini dianggap
tidak menyimpang dari adat kebiasaan yang ada. Kalau dulu
Raja memungut separo hasil, Raffles menjalankan landrente-
nya yang besarnya kira-kira separo dari hasil. Dianggap sudah
ringan kalau Rakyat disuruh menyerahkan U! tanahnya, dan
mengerjakan tanah itu untuk hasilnya diserahkan kepada Pe-
merintah. Batas luas U! tanah miliknya, dan batas maksimum
banyaknya pemakaian tenaga percuma, prakteknya selalu
lebih. Menurut kebiasaan Rakyat dikenakan rodi 52 hari dalam
satu tahun, tetapi prakteknya sampai 64 atau 75 hari.
Pengolahan dan pemasakan hasil itu diserahkan kepada
pabrik-pabrik kepunyaan orang Eropa atau Tionghoa. Hasil-
nya yang sudah dimasak itu diserahkan kepada Pemerintah
dengan biaya yang sudah ditetapkan.
Pengangkutan barang-barang itu ke negeri Belanda dise-
rahkan kepada Nederlandsch Hendel Maatschappy di Indo-
nesia terkenal dengan nama Factory didirikan oleh Raja Willem
318