Page 342 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 342

Masalah Agraria di Indonesia

                hadiah pangkat dan kehormatan turun-temurun, bintang dan
                payung kehormatan.
                    Sebaliknya rakyat Indonesia mendapat hadiah berupa
                kemiskinan, kelaparan, kematian, dan malapetaka yang sebe-
                sar-besarnya. Rakyat mati kelaparan di jalan dan ladang-la-
                dang serta di perkebunan sumber kekayaan itu.
                    Di atas timbunan mayat Rakyat itu, yang diperas dan dihi-
                sap darah dan sungsumnya, Van den Bosch naik pangkat dan
                kehormatannya, diikuti oleh pegawai Belanda dan Bumipu-
                tera, karena persembahan mayat Rakyat Indonesia.
                    Rakyat di Kabupaten Grobogan dan Demak, karena kela-
                paran dan kekejamann tindakan pegawai-pegawai yang sewe-
                nang-wenang, mengalami malapetaka yang mengerikan.
                Kematian penduduk tak dapat dihitung. Pada tahun 1849, pada
                waktu Belanda menghitung untungnya, pada waktu Factory
                membagi keuntungannya, yang dapat ditunjukkan oleh Mr.
                N. G. Pierson angka keuntungannya bersih dari Cultuurstelsel
                selama 1840 - 1875 sejumlah f .781.000.000 untuk kas Nega-
                ra Belanda, pada waktu itu Rakyat Grobogan menghitung
                kematian dan kelaparan. Rakyat di daerah itu 10% saja yang
                masih ketinggalan, lainnya mati dan meninggalkan tempat itu.
                    Sejarah keemasan yang gemilang bagi penjajah Belanda
                di Indonesia, dihias dengan darah Rakyat Tani yang ditindas
                dan diperas.
                    Kepada mayat-mayat Rakyat Indonesia itulah Belanda
                dari jauh menyampaikan ucapan “cere schuld” (hutang budi)
                dengan tiada balasan disertakannya.
                    Celaan terhadap tindakan semacam itu kemudian ter-
                dengar di Negeri Belanda, makin lama makin keras. Terutama
                setelah kejadian bahaya kelaparan yang mengerikan di

                                                                   321
   337   338   339   340   341   342   343   344   345   346   347