Page 367 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 367

Mochammad Tauchid

            desa, zaman Raffles dengan landrentenya dan terutama di
            zaman Cultuurstelsel van den Bosch, yang menimpakan beban
            kepada desa sebagai kesatuan. Tentang hal yang kedua di atas,
            dapat dimengerti mula-mulanya bahwa Raja menguasai tanah-
            tanah yang masih berupa hutan belukar (woeste gronden)
            yang belum dibuka. Tetapi kemudian juga mengambil hak atas
            tanah-tanah yang dikerjakan Rakyat di sekeliling istananya.
            Biasanya atas tanah-tanah pertanian Rakyat yang baik. Akhir-
            nya Rakyat kehilangan haknya, tinggal hak mengerjakan dan
            hak memakai saja. Jadi perubahan hak ini disebabkan karena
            usurpasi (pengambilan hak) oleh Raja dengan secara lambat
            laun dari hak perseorangan Rakyat.
                Menurut Domeinverklaring 1870 dan Stbl. 1875 No. 119a
            semua tanah di daerah Gubernemen di Jawa dan Madura dan
            juga di luar itu menjadi tanah Negeri, kecuali: (a). tanah-tanah
            eigendom menurut hukum perdata, (b). tanah-tanah partike-
            lir; (c). tanah-tanah dengan hak agraris eigendom.
                Domeinverklaring sendiri mengakaui hak tanah menurut
            hukum adat. Dengan begitu hak Negeri atas tanah itu seharus-
            nya ialah atas semua tanah, dikurangi dengan tanah-tanah
            Rakyat Indonesia menurut hukum adat yang diakui itu.
                Jadi menurut itu hak tanah Indonesia harus dihormati
            sebagai hak tanah dengan hak eigendom, dan karenanya harus
            dikeluarkan dari hak domein Pemerintah.
                Tetapi karena tidak ada keterangan mengenai hak daerah
            lingkungan desa dengan ketentuan Undang-undang, maka sela-
            lu dapat diartikan dengan bermacam pengertian menurut ke-
            mauan orang.
                Domeinverklaring dikatakan oleh yang anti sebagai pi-
            kiran dan pendapat Pemerintah yang kolot, pikiran dan cara-

            346
   362   363   364   365   366   367   368   369   370   371   372