Page 676 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 676
Biografi Singkat Penulis
Keluar dari internat beberapa djam 1 minggu sangat berharga.
Waktu itu dapat saja pergunakan untuk apa-apa yang tidak
terdapat dalam internat…” ungkap Tauchid. Pengaruh dunia
35
pergerakan di luar tampaknya lebih menarik bagi Tauchid mu-
da saat itu meskipun ia dikurung dalam tembok sekolah. “Ple-
doi Soekarno di depan Mahkmah Hindia Belanda terdengar
juga sayup-sayup” ungkapnya. Kecenderungan inilah, yang
36
pada akhirnya mengakibatkan ia dan 11 (bukan 16) kawannya
dikeluarkan dari Normaal School. Saat itu ia berada di kelas 4
dalam usia 19 tahun. 37
Boleh dibilang pergulatan Tauchid dengan dunia perge-
rakan semakin intens semenjak ia bergabung dengan Taman
Siswa. Di sini ia mulai banyak bersentuhan dengan tokoh-
tokoh pergerakan lain di masa itu, melalui kepopuleran Taman
Siswa dan ketokohan Ki Hadjar Dewantara. Hal ini dipercepat
oleh semangat pergerakanya yang sudah terbentuk semenjak
ia “terkurung” dalam internat Normaal School Purwokerto.
Jiwa pemberontakan yang telah dimilikinya menemukan
saluran yang cocok di Taman Siswa. Berbeda dengan sekolah-
35 Mochammad Tauchid, Renungan Taman Siswa, dalam “Taman Siswa 30
Tahun, 1922-1952; Buku Peringatan”. Yogyakarta: Pertjetakan Taman Siswa,
1956. hlm.310.
36 Ibid, 310.
37 Tauchid tidak menyebutkan siapa saja kesebelas temanya itu. Tetapi ia
merinci perilaku apa saja yang akhirnya membuat ia dikeluarkan. “Oleh guru-
guru saya, saya sudah dianggap kejangkitan “penyakit politik”. Waktu itu
(saya) dikatakan merah…; karena saya kedengaran menyanyi Indonesia
Raya (di kamar mandi), menyimpan gambar Dr. Sutomo, Ir. Soekarno, dan
R.A. Kartini, ikut membuat koperasi sekolah, mempunyai baju lurik, mem-
baca majalah Fikiran Rakyat, Djanget, dsb., mendatangi rapat-rapat
umum...berfoto bersama teman-teman dengan gambar Diponegoro di Batu
Tulis”. ibid. hlm.310.
655