Page 679 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 679
Masalah Agraria
masa depannya tidak jelas bukan karena mereka tidak memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang sangat penting tetapi lebih
disebabkan oleh perlakuan diskrimanatif sistem “resmi” pen-
didikan dan pemerintahan kolonial.
Kemerdekaan hanya dapat ditegakkan jika orang-orang
telah memiliki jiwa yang merdeka. Tampaknya hal inilah yang
ingin dihidupkan oleh Taman Siswa melalui sistem pendidikan-
nya. Siapapun boleh masuk dan keluar dari Taman Siswa tanpa
paksaan, tanpa harus dihantui ketakutan akan dikeluarkan dari
sekolah. “Orang-orang Taman Siswa adalah orang-orang mer-
43
deka yang tidak mau dipakai sebagai alat.” Di Taman Siswa
ada orang ‘pengejar bahagia’, mereka pada awalnya adalah
pegawai negeri (Pemerintah Kolonial), lalu tidak kerasan, kemu-
dian masuk ke Taman Siswa. Di Taman Siswa berat, kembali lagi
manjadi pegawai negeri. Di sana jiwanya merasa tertekan lalu
kembali lagi ke Taman Siswa. Dan akhrinya kerasan terus sampai
akhir hidupnya”. Singkatnya, Taman Siswa adalah tempat
belajar, sekaligus tempat berdiskusi, sekaligus tempat ngumpul-
ngumpul, sekaligus tempat persinggahan sementara, dan yang
lebih penting Taman Siswa adalah tempat dimana orang dapat
menemukan jiwa merdeka dan merawat jiwa itu.
Sistem belajar yang demikian inilah yang memungkinkan
Tauchid dapat aktif di dunia pergerakan. Ketika sebuah partai
politik mendirikan cabang di daerah itu, Tauchid menjadi ke-
tuanya, gurunya menjabat sebagai sekretaris, dan yang lain
sebagai anggotanya. Di sini seorang murid selain belajar di
44
43 Ibid. 308.
44 Disebutkan bahwa Tauchid sempat mendirikan partai, tetapi ia mulai ikut
terlibat dalam partai bukan ketika masih berada di Normaal School Purwo-
kerto melainkan ketika ia sudah “diperbantukan” sebagai tenaga guru Taman
658